Jejak Kaum Madyan, Aikah, dan Rass yang Disebut di Al-Quran

Reading Time: 17 minutes

Kaum Madyan, Aikah dan Rass adalah kaum yang diriwayatkan mendapat azab di dalam Al Quran.

Kepada kaum Madyan dan kaum Aikah, Al Quran secara jelas menyebutkan Syuaib sebagai nabi yang diutus untuk memberi peringatan.

Sementara itu, untuk kaum Rass meskipun Al Quran tidak menyebut siapa nabi yang diutus kepada mereka, tetapi ada banyak riwayat dalam tradisi Islam yang menyebutkan jika nabi Syuaib yang diutus kepada mereka, sebagian lagi menyebutkan seorang nabi bernama Hanzhalah bin Shafwan.

Mengenai letak wilayah ketiga kaum ini, pada umumnya para ahli berpendapat jika kaum Madyan dan kaum Aikah adalah sama atau setidaknya letak wilayahnya berdekatan, yaitu di wilayah semenanjung Arabia barat laut, di pantai timur Teluk Aqaba di Laut Merah (“Hejaz”).



Sementara itu untuk wilayah komunitas Rass, hingga saat ini tidak jelas, terutama karena begitu banyak pendapat yang berbeda yang muncul terkait mereka.

Menurut Ibnu Jurayj dari Ibnu ‘Abbas,  komunitas Rass adalah penduduk negeri Tsamud (yang berarti merujuk pada kawasan pegunungan semenanjung Arab bagian utara, antara Hijaz dan Tabuk. Karena negeri Tsamud oleh banyak cendikiawan diperkirakan berada di kawasan tersebut, setelah sebelumnya bermigrasi dari semenanjung Arab Selatan). 

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Menurut pendapat Yunus bin Abdul A’la, komunitas Rass terletak di Yamamah yang lebih dikenal dengan nama Falaj, sedangkan menurut pendapat Ibnu Abi Hatim dan cendikiawan muslim lainnya mengatakan, bahwa penduduk itu terletak di Azerbaijan. (sumber di sini)



Kita mendapat gambaran profil komunitas Rass yang cukup informatif dari penjelasan Ali bin Abu Thalib mengenai Ashabur Rass, yang mengatakan bahwa: 

“Kaum Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanobar, yang diberi nama Syah Dirakht, secara bahasa memiliki arti “Raja Pohon”. Dikatakan bahwa yang pertama kali menanam pohon itu adalah Yafith bin Nuh pasca badai topan di tepian mata air, mata air tersebut dikenal dengan sebutan Rowsyan Oub. 

Kaum Rass memiliki dua belas desa yang makmur di tepian sungai yang dinamakan Sungai Rass. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar, kemudian nama-nama desa tersebut oleh Bangsa Persia dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan mereka.

Penduduk desa tersebut menanam pohon sanobar di setiap desa. Mereka mengairinya dengan irigasi yang berpusat di pohon sanobar tersebut. Mereka juga mengharamkan diri untuk minum dari air tersebut, baik untuk diri mereka atau ternak mereka. Mereka membuat aturan siapa yang meminumnya, maka akan dibunuh. Mereka meyakini, bahwa pohon sanobar tersebut dianggap sebagai Hayat al-Ilahiyah (Kehidupan Ketuhanan), maka terlarang bagi siapapun untuk mengambil kehidupannya.

Dijelaskan juga bahwa komunitas Rass mengadakan perayaan sehari pada setiap bulan sebagai event dimana persembahan dari masing-masing desa dilangsungkan. Puncak hari raya mereka disebut Isfandr.

Ada seorang nabi dari Bani Israil dari keturunan Yahuda kemudian diutus kepada kaum Rass. Nabi itu mengajak kepada kaum Rass untuk menyembah Allah, dan meninggalkan kesyirikan. Namun mereka tetap tidak beriman.

Nabi tersebut kemudian mendoakan keburukan terhadap pohon tersebut, yang hasilnya, pohon tersebut menjadi kering dan layu. Kaum Rass yang marah menyaksikan hal tersebut lalu sepakat membunuh nabi tersebut. Mereka kemudian menggali sebuah sumur lalu membuang sang nabi ke dalamnya, kemudian menutup lubang dengan batu besar.

Namun demikian, nabi tersebut tidak mati, dikarenakan ada seorang budak yang diam-diam sering memberinya makan. Diceritakan bahwa setiap budak itu selesai mengumpulkan kayu bakar di hutan lalu menjualnya ke pasar, hasilnya ia belikan makan kemudian mendatangi sumur tempat nabi tersebut dimasukkan.





3 Comments on “Jejak Kaum Madyan, Aikah, dan Rass yang Disebut di Al-Quran”

  1. semua pendapat tentang lokasi kaum kaum tadi sebaiknya dilanjut dg riset arkeologis yg serius, jangan hanya berdasar kabar hikayat, supaya bukti kebenaran ayat qur’an lebih ilmiah

Comments are closed.