Ahad atau 1 6 8: Kesatuan Allah Dengan Alam Semesta

Reading Time: 6 minutes

Saya, anda, dan alam semesta ini yang tersusun dari milyaran atom, memiliki kode yang sama yaitu 1 6 8. Kita semua berasal dari Sang Ahad atau 1 6 8. Dalam artikel kali ini, saya akan membahas hal ini. Tetapi, sebelum memasuki inti pembahasan, saya ingin mengajak teman-teman untuk mencermati beberapa hal tentang kesimetrisan dan keindahan matematika dalam perspektif ilmu Fisika.

Aspek kesimetrisan adalah hal yang disenangi oleh para Fisikawan, karena kesimetrisan merefleksikan keindahan estetis. Seorang ahli fisika teoretis, biasanya menguatkan antena intuisinya ke arah aspek ini, dalam kontemplasinya mencermati alam semesta.

Paul Dirac, pemenang Nobel tahun sembilanbelas tiga tiga, melihat peran keindahan dalam sains sebagai pusat evaluasi teori. Bagi Dirac, keindahan adalah ciri dari teori fisika yang baik.

Dalam The Evolution of the Physicist’s Picture of Nature, Dirac berargumen bahwa, tampaknya salah satu fitur mendasar dari alam adalah bahwa hukum fisika dasar dijelaskan dalam kerangka teori matematika yang sangat indah. Di tempat lain dia berkata: Hukum fisika harus memiliki keindahan matematis.



Bicara tentang matematika adalah bicara tentang angka. Dan rasanya, tidak ada angka yang lebih merefleksikan kesimetrisan seluruh entitas di alam semesta ini dari pada angka: 1 6 8.

Adalah fakta bahwa angka 1 6 8 hadir di seluruh makhluk di alam semesta ini. Kehadiran angka 1 6 8 yang demikian absolut, seakan ingin menegaskan bahwa alam semesta ini adalah 1 6 8 itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada yang berbeda di dunia ini, semuanya adalah 1 6 8.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Dan itu, memang benar.

Jawaban untuk fenomena angka 1 6 8 ini, tersaji nyata pada salah satu nama Allah, yakni AHAD, nama yang Dia perkenalkan dalam Al Quran pada surat Al-Ikhlas.

Secara harfiah, AHAD berarti: Satu. Dan jika kita cermati, nama AHAD berakar pada tiga huruf yaitu: huruf Alif (1), Haa (6), dan Dal (8). Jadi, bentuk tulisan numerik dari nama AHAD adalah: 1 6 8.

Fakta inilah yang menegaskan, mengapa semua makhluk di alam semesta ini terdiri dari 1 6 8. Itu karena semua makhluk adalah bagian dari AHAD atau 1 6 8 itu sendiri.

Sedari tadi, anda mungkin bertanya-tanya: apa buktinya, jika semua makhluk di alam semesta ini, memiliki kode 1 6 8?

Baik, berikut ini buktinya…

Anda tentunya telah mengetahui, bahwa seluruh makhluk di alam semesta ini terbentuk dari susunan milyaran atom. Atom sebagai partikel terkecil itu, pada dasarnya, tersusun oleh apa yang oleh fisikawan, disebut sebagai sub atom. Sub atom inilah, yang umumnya dikenal dengan sebutan inti atom, yaitu: Proton dan Neutron.

Di Proton, dan Neutron inilah, kita dapat temukan kode 1 6 8. Yaitu pada nilai konstanta massa keduanya.

Nilai massa konstanta Proton dan Neutron, ada di sekitar angka kurang lebih: satu koma enam delapan.

Demikianlah, Saya, anda, dan alam semesta ini yang tersusun dari milyaran atom, pada dasarnya memiliki kode yang sama yaitu 1 6 8. Kita semua berasal dari Sang AHAD atau 1 6 8.

Dan bukan itu saja. Ketika Allah atau Sang AHAD, menciptakan alam semesta ini, dengan menyebut “atas nama Allah” atau “bismillah”, sebenarnya pada saat itu, pada saat yang bersamaan, disebut pula angka1 6 8. Itu karena jumlah gematria kalimat bismillah, adalah 168. kata bismi jumlah gematrianya: 102, sementara kata ALLAH jumlah gematrianya: 66. Jadi jika dijumlahkan hasilnya: 168.

Demikianlah, fakta-fakta yang saya ungkap di sini pada dasarnya adalah penjelasan secara ilmiah atau saintis, terkait pemahaman yang banyak berkembang di kalangan sufi, yang menyatakan bahwa dirinya dan seluruh alam semesta ini bagian dari diri Allah, atau, alam semesta ini adalah Allah itu sendiri. Pemahaman ini misalnya disampaikan oleh Al Hallaj, Jalaluddin Rumi dan juga Syekh Siti Jenar.

Jadi, pemikiran Al Hallaj, Rumi, dan Syekh Siti Jenar, rupanya DAPAT DIBUKTIKAN bukan saja dalam konteks pemahaman spiritual, atau pun logika akal, tapi juga dalam konteks materialistis, atau empiris.

Fakta terakhir yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini, adalah tentang durasi waktu 1 6 8 menit waktu akhirat, sebagai waktu kehidupan manusia di dunia, terhitung sejak Adam dihadirkan ke dunia, hingga akhir zaman nanti.

Dalam video saya yang lain, yang berjudul: MAKNA SURAT AL-ASAR DAN MOMEN NABI ADAM KELUAR DARI SURGA“, telah saya jelaskan bahwa Adam dikeluarkan dari surga dan dihadirkan di dunia, tepat pada pukul tiga lewat duabelas menit waktu asar di akhirat. Jika kita menghitung durasi waktu yang tersisa, terhitung dari jam 3:12 waktu asar hingga tepat jam 6 petang, maka, durasi waktu yang tersisa yaitu: 168 menit. Ketika di akhirat nanti telah memasuki jam 6 petang, maka, berakhirlah kehidupan di dunia ini.

Demikianlah, kehidupan manusia di dunia terhitung sejak Adam hingga akhir zaman nanti, berlangsung di waktu asar yang sama. Dengan kata lain, saat anda menonton video ini, di akhirat, masih berlangsung waktu asar yang sama ketika Adam dikeluarkan dari surga.

Inilah sebenarnya, makna esensi dari surat Al Asar. Bunyi ayat pertama pada surat tersebut, yakni Wal-aṣri, yang selama ini dimaknai “demi masa” akan lebih tepat jika dimaknai menjadi “Demi Waktu Asar”.

Jadi, pemahaman holistik seperti apa yang semestinya kita bangun, dari mengetahui bahwa kita dan alam semesta ini memiliki kode 1 6 8 yang sama, dan di sisi lain, durasi waktu yang dijalani manusia dalam kehidupan dunia hanya berlangsung selama 168 menit waktu akhirat?

Dalam pandangan saya secara pribadi, hal ini bisa jadi, saya ulang lagi “bisa jadi”, merupakan isyarat bahwa seluruh alam semesta ini, semata-mata diciptakan Allah hanya untuk drama kehidupan umat Manusia di Bumi yang berlangsung selama 168 menit waktu akhirat. Itulah mengapa Dia memperkenalkan Dirinya sebagai Sang AHAD atau 1 6 8, dan memberi kode 1 6 8 kepada semua makhluk ciptaanNya. Atau dengan kata lain, ini mengisyaratkan bahwa Bumi adalah “panggung utama” atau “pusat Alam Semesta”.

Klaim ini, bahwa bumi adalah pusat alam semesta, tentu saja mengingatkan kita pada pertarungan dua teori yang legendaris, yaitu antara teori geosentris dan teori heliosentris.

Geosentris yang disampaikan Claudius Ptolemy sekitar seribu delapan ratus tahun yang lalu, berpandangan bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dan oleh karena itu, Ptolemy beranggapan, planet-planet dan matahari berputar mengelilingi bumi. Teori ini bertahan selama lebih dari 1400 tahun, hingga kemudian digantikan oleh teori heliosentris yang berhasil diberi pembuktian oleh Copernicus dan didukung oleh Galileo, bahwa yang sesungguhnya terjadi adalah, bumi dan planet-planet lainnyalah, yang berputar mengelilingi matahari.

Dalam pandangan saya, Dalam konteks empiris, ya, teori heliosentris memang benar. Tetapi dalam konteks fungsi dan tujuan penciptaan Alam Semesta oleh Allah, maka, teori bahwa bumi adalah pusat alam semesta adalah hal yang benar.

Dalam Al Quran pun sebenarnya Allah telah menyampaikan hal ini, bahwa benda-benda langit itu Dia ciptakan untuk manusia.

Misalnya pada Surat An Nahl ayat duabelas, yang berbunyi, Dan Dia tundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya.

Surat An Nahl ayat enambelas, yang berbunyi: dan Dia ciptakan tanda-tanda. Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.

Surat al-anam ayat sembilanpuluh tujuh yang berbunyi: Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.

Demikianlah teman-teman. JIKA ADA ANGKA YANG LAYAK DISEBUT SEBAGAI ANGKA YANG PALING ISTIMEWA DI ALAM SEMESTA, ITU MESTILAH ANGKA 1 6 8.

Mengenal Sang Ahad atau 1 6 8 hingga ke tingkat hakikat, pada dasarnya mengenal esensi dari tujuan Allah memperkenalkan Dirinya dengan nama AHAD dalam surat al ikhlas. bukan nama WAHID yang pada dasarnya, juga artinya: satu.

Di internet, saya menemukan artikel yang judulnya berbunyi: mengapa Allah disebut Ahad, bukan wahid?

Dan jawaban dari pertanyaan itu berbunyi: Lafaz ahad (yang berarti e-sa) karena pensifatan, maka tidak mungkin adanya kumpulan bilangannya. Maka jika dikatakan wahid (yang berarti satu) akan memungkinkan adanya tuhan selain Allah. Sedangkan, tidak ada tuhan kecuali Allah.

Saya melihat, penjelasan ini, mencoba membedakan makna kata esa yang diperuntukkan untuk nama AHAD, dengan makna kata Satu yang diperuntukkan untuk nama wahid. Padahalkan kata esa itu artinya “satu” dalam bahasa sansekerta.

Lagi pula, jika ditelusuri, History linguistik kata ESA tidak memiliki jejak di mana kata esa digunakan khusus untuk membangun konteks sifat suatu entitas. Karena dalam bahasa sansekerta, kata esa secara harfiah berarti: “satu”.

Apa yang saya jelas dalam video ini, bahwa nama AHAD yang bentuk penulisan numeriknya adalah 1 6 8, dan bahwa seluruh makhluk di alam semesta ini, memiliki nilai massa yang sama yakni 1 6 8 di tingkat atom, merupakan penjelasan komprehensif dari tujuan Allah yang ingin mengisyaratkan bahwa Dia dan seluruh ciptaannya adalah “satu kesatuan” atau AHAD. Penjelasan ini yang tidak ada pada nama WAHID.

Demikian uraian video ini, dalam upaya saya untuk lebih memperkenalkan kepada teman-teman semua, hakikat dari nama Ahad atau 1 6 8 sebagai pintu gerbang dalam mengenal kesatuan Allah dengan Alam Semesta. Kesatuan Allah dengan seluruh Ciptaannya.

Bagi teman-teman yang sedang tertarik atau sedang menekuni ilmu makrifat, saya sarankan, mulailah mengenal Allah dari nama AHAD seperti yang saya jelaskan dalam video youtube ini.

Ada alasan tentu saja mengapa dalam surat Al Ikhlas, Allah ingin dikenal sebagai AHAD, bukan Wahid.

Jalan Makrifat itu mestinya dimulai dari titik ini. Tidak perlu yang aneh-aneh. Tidak perlu njelimet. Tidak perlu yang membagongkan.

NB: Pembahasan saya dalam video youtube ini sebagian berasal dari artikel ini:

Semesta Simetris Dan Kode 369 Nikola Tesla

Angka 168 Dalam Dunia Spiritual hingga Dunia Kuantum

Dan beberapa lagi artikel lainnya.