“Hukum-hukum alam hanyalah pemikiran matematis dari Tuhan.” – Euclid.
Pernyataan Euclid ini bisa dikatakan mewakili klaim dari orang-orang dahulu bahwa Tuhan bekerja dengan matematika.
Berbagai ilmu hitung yang kita warisi di masa sekarang, seperti matematika, fisika, dan ilmu astronomi, besar kemungkinan adalah hal yang dipandang suci oleh orang-orang di masa kuno.
Pemahaman ini didasari pertimbangan bahwa karena Tuhan menciptakan alam semesta berdasarkan prinsip-prinsip geometris dan harmonis, maka mencari prinsip-prinsip ini berarti upaya mencari dan ingin mengenal Tuhan. Tindakan ini dengan sendirinya akan mendekatkan dan mengakrabkan sang pencari pada kebesaran dan keagungan ciptaan Tuhan.
***
Dalam tulisan sebelumnya (Makna dari Nubuat “Empat Penunggang Kuda“), telah saya bahas interpretasi dari metafora “empat penunggang kuda” yang merupakan visi apokaliptik Yohanes, bahwa kemunculan “empat penunggang kuda” tersebut berada dalam pola jangka waktu yang simetris yaitu setiap 360 tahun.
Kemunculan Penunggang pertama dengan “kuda putih” saya identifikasi terjadi pada tahun 610 M, merujuk pada nabi Muhammad yang dalam banyak literatur sejarah disebutkan menunggangi kuda putih.
Kemunculan penunggang kedua dengan “kuda merah” saya identifikasi terjadi pada tahun 970 M, merujuk pada John I Tzimiskes (kaisar Bizantium), yang memang terkenal dengan julukan “Chmushkik” yang dalam bahasa Armenia berarti “sepatu bot merah.” (baca informasi John I Tzimiskes di wikipedia – Informasi mengen julukan “sepatu bot merah” ada di sini)
Kemunculan penunggang ketiga dengan “kuda hitam” saya identifikasi terjadi pada tahun 1330 M, merujuk pada Edward the Black Prince, putra tertua Raja Edward III dari Inggris, yang terkenal dengan julukan “pangeran hitam” (the black prince). (baca informasi mengenai Edward the Black Prince di wikipedia)
Kemunculan penunggang keempat dengan “kuda pucat” saya identifikasi terjadi pada tahun 1690 M, tidak merujuk pada sosok seseorang tokoh, tapi lebih merujuk pada sebuah institusi, bisa sebuah institusi negara, kerajaan, atau pun institusi agama.
Warna pucat kuda keempat, yang disebut kuning kehijauan atau hijau kekuningan, besar dugaan saya merujuk pada wabah demam kuning yang pada tahun 1690 menyebar di Tiga belas koloni Inggris di benua Amerika. Salah satu yang terparah, yaitu wabah yang menyebar di Philadelphia pada kisaran 1690-1807. (baca informasi wabah demam kuning di sini)
Dalam tulisan sebelumnya juga telah saya bahas bahwa kemunculan empat penunggang kuda tersebut, sesuai yang riwayatkan dalam nubuat, adalah merupakan konsekuensi dibukanya segel pertama, kedua, ketiga, dan keempat, dari tujuh segel yang ada.
Adapun pada pembukaan segel kelima (Wahyu 6:9-11), segel keenam (Wahyu 6:12-17), dan ketujuh (Wahyu 8:1-5), tidak lagi ditandai penampakan penunggang kuda, tapi dengan penampakan yang lain.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Wahyu 6:9-11, pembukaan segel kelima menyajikan penampakan “jiwa-jiwa para syahid” – Pembukaan segel keenam diulas dalam Wahyu 6:12-17, menyajikan penampakan “Gempa bumi dahsyat” – dan pembukaan segel ketujuh dalam Wahyu 8:1-5, menyajikan penampakan Tujuh malaikat dan tujuh sangkakala.
Jika kemunculan empat penunggang kuda yang menandai pembukaan segel pertama hingga keempat tampknya dalam siklus 360 tahun maka, pembukaan segel kelima, keenam, dan ketujuh, terjadi dalam siklus 129 tahun 6 bulan (tapi untuk mempermudah perhitungan dibulatkan saja menjadi 129)
Sehingga jika pembukaan segel keempat (yang ditandai dengan kemunculan penunggang kuda keempat) terjadi pada tahun 1690 M, maka pembukaan segel kelima terjadi pada tahun 1819 M, pembukaan segel keenam pada tahun 1948 M, dan pembukaan segel ketujuh pada tahun 2077 M.
Tentunya pembaca bertanya-tanya, dari mana saya dapatkan angka 129 ini? jawabannya, angka 129 berasal dari jumlah kuadrat dari 360 (360 x 360 = 129.600).
Angka 129.600 adalah angka yang unik dan akrab dikenal di kalangan filsuf hingga kalangan okultisme.
4 Comments on “Siklus Angka Kosmis dalam Nubuat Akhir Zaman (Keajaiban angka 129.600)”
Comments are closed.