Dalam tulisan sebelumnya (Temuan Jejak Orang Madyan, Aikah, dan Rass yang Disebut dalam Al-Quran), telah saya bahas hipotesa bahwa orang Madyan (kaum Nabi Shu’ayb) berasal dari Madhyanagar di kawasan teluk Benggala (di wilayah Bangladesh hari ini).
Hipotesa tersebut didasari pertimbangan bahwa etimologi kata ‘Madyan’ berasal dari bahasa Sanskerta ‘madya‘ yang artinya ‘tengah’. Begitu pula bentuk kata Midian (sebutan orang Eropa untuk kaum Madyan) berasal dari kata ‘mid‘ yang artinya ‘tengah’ atau ‘pertengahan’.
Sempat pula saya ajukan sanggahan (pada pendapat yang selama ini berkembang) bahwa nama kaum Madyan bukanlah berasal dari nama anak Nabi Ibrahim (Madyan bin Ibrahim), tetapi berasal dari penamaan kampung halaman mereka sebagai “Negeri Madyan” atau “Negeri Tengah” (Negeri Pertengahan antara timur dan barat), yang merujuk pada konsep pembagian wilayah muka bumi di masa kuno menurut posisi matahari di langit. (Konsep pembagian wilayah muka bumi di masa kuno telah saya bahas khusus di artikel ini: Pembagian Zona Waktu di Masa Kuno)
Sementara itu, dalam tulisan lainnya (Makna yang Terselubung dari Nama Nabi Syuaib), saya mengungkap fakta bahwa nama “Shu’ayb” yang bermakna “cabang” atau “percabangan” pada dasarnya juga memiliki keterkaitan dengan makna yang dimiliki Negeri Madyan sebagai “negeri tepat di posisi percabangan antara wilayah timur dan barat”.
Dalam tulisan kali ini, yang pada dasarnya merupakan lanjutan dari tulisan-tulisan di atas, saya kembali akan memaparkan informasi lain yang dapat menjadi fakta bahwa kaum Madyan memang berasal dari kawasan teluk Benggala.
Fakta tersebut adalah keberadaan sungai Brahmaputra yang mengalir melintasi wilayah Assam dan Meghalaya (di sebelah barat India) lalu memasuki wilayah Bangladesh, untuk kemudian bermuara di laut teluk Benggala.
Makna dari nama sungai Brahmaputra ini besar dugaan saya merujuk pada makna “Putra Nabi Ibrahim” – yaitu Madyan bin Ibrahim.
Telah banyak kalangan yang berpendapat sama bahwa sebutan “brahma” berasal dari nama “Abraham” atau Ibrahim. Misalnya yang disampaikan Anna Bonus Kingsford, seorang Theosophist Inggris pada tahun 1880-an:
“Abraham , atau Brahma , – …mereka adalah satu, dan kata yang sama, dan menunjukkan satu doktrin yang sama” [Anna Bonus Kingsford: The Perfect Way: Or, The Finding of Christ, 1882; 2011 : 259]
Abdul HAQ Vidyarthi Maulana (1888 – 1977), seorang sarjana agama-agama besar dunia yang menyandang titel “The Vidyarthi” karena pengetahuannya yang luas tentang Veda Hindu, berpendapat bahwa Brahma dan Abraham adalah dua nama dari satu orang yang sama.
Dan masih sangat banyak lagi pendapat para Ilmuwan yang berpendapat sama, bahwa Brahma adalah Abraham. Pendapat-pendapat mereka ini sepertinya akan lebih dikuatkan dengan hipotesis yang saya ajukan dalam tulisan ini.
Karena, jika sebelumnya saya menegaskan bahwa nama kaum Madyan berasal dari fakta bahwa negeri mereka disebut demikian (madyan), karena berada di tengah (madya) antara timur dan barat, maka setelah menyadari bahwa sungai “Brahma-putra” yang terkenal, rupanya mengalir di wilayah mereka ini, saya mulai berpikir jika nama Madyan bin Ibrahim berasal dari nama negeri Madyan ini.
Jadi, nama kaum Madyan bukan berasal dari nama Madyan putra Ibrahim, tapi sebaliknya, nama Madyan putra Ibrahim berasal dari nama wilayah tersebut. Adanya nama sungai Brahmaputra yang berarti “Putra Brahma” atau “Putra Abraham” menguatkan argumentasi ini.
Di sisi lain, hal ini menjadi sinyal bahwa sangat besar kemungkinan jika Nabi Ibrahim pernah hadir dan bereksistensi di wilayah ini (teluk Benggala dan sekitarnya). Kenyataan inilah yang saya anggap dapat menguatkan pendapat para ahli selama ini bahwa ‘Brahma’ dan ‘Abraham’ adalah orang yang sama.
Hal lain yang menguatkan jika nama “negeri Madyan” berasal dari konsep pembagian wilayah di muka bumi menurut posisi matahari di langit, berasal dari nama lain sungai Brahmaputra yaitu “Siang River” (Sungai Siang) – yang merupakan sebutan orang-orang di wilayah Arunachal Pradesh (negara bagian India di sisi timur laut). Sebutan “Siang” ini kita ketahui ekuivalen dengan frase “tengah hari” dalam bahasa Indonesia. Jadi, pada masa kuno, wilayah Benggala disebut: negeri tengah, Negeri tengah hari, atau negeri siang.
Jika anda bertanya: mengapa ada kata dalam bahasa Indonesia di wilayah Benggala? Jawabnya bisa dikatakan senada dengan kesimpulan James Richardson Logan pada tahun 1848 dalam tulisannya Customs Common to the Bill Tribes Bordering on Assam and Those of the Indian Archipelago yang termuat dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, yang mengemukakan saran bahwa bangsa Indonesia itu berasal dari Assam di Asia Tenggara. Pendapatnya ini didasari atas kesamaan kebiasaan antara beberapa suku di Sumatra dan Kalimantan dengan suku Naga di Assam. Juga beberapa kata dalam bahasa Indonesia diketahui berakar dari bahasa Assam, seperti kata ‘air’ berasal dari kata ‘ayar’ dalam bahasa Assam. Untuk Pembaca ketahui, J. R. Logan inilah yang dianggap pertamakali mencetuskan nama “Indonesia” dalam sebuah jurnal ilmiahnya.
Demikianlah, tentunya, keberadaan fakta ini menguatkan hipotesis saya tentang adanya konsep pembagian wilayah muka bumi di masa kuno yang terdiri dari: negeri pagi, negeri tengah hari atau negeri siang, negeri sore, dan negeri maghrib (telah dibahas dalam tulisan: Pembagian Zona Waktu di Masa Kuno).
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.