Kaitan Negeri Saba dan Wangsa Surya (Bangsa Matahari)

Reading Time: 8 minutes

Dalam berbagai kitab suci, negeri Saba disebutkan sebagai bangsa penyembah matahari. Dalam Al quran diceritakan pada surat An-naml ayat 20-24 bahwa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh bala tentaranya, Nabi Sulaiman memeriksa seluruh yang hadir dan mendapati ada seekor burung yang tidak ada. 

Dia berseru: “Mengapa saya tidak melihat Hud-Hud, atau apakah dia termasuk yang tidak hadir? …dia sebaiknya datang membawa bukti yang sah (penjelasan) atau aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya”. 

Tidak beberapa lama kemudian datanglah Hud-Hud, dan berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang dapat dipercaya. Sesungguhnya, di sana aku menemukan seorang wanita yang berkuasa atas orang-orang. Dia telah diberikan segalanya (kekayaan duniawi) dan dia memiliki tahta yang indah. Aku telah menemukan dia dan orang-orangnya bersujud kepada matahari selain Allah. Syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tidak dapat petunjuk”.

Merujuk dari kisah burung Hud-hud yang datang menyampaikan informasi kepada Nabi Sulaiman tentang penduduk Negeri Saba yang menyembah matahari, maka tentu adalah hal penting menyebutkan pula eksistensi Wangsa Surya (Bangsa Matahari) ketika kita dalam pembahasan tentang Negeri Saba. Dikarenakan  keduanya jelas memiliki keterkaitan erat.



Pembahasan Wangsa Surya akan kita mulai dengan terlebih dahulu membahas eksistensi “Surya” sebagai entitas utamanya.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Dalam agama Hindu, Surya berkonotasi dewa matahari. (Roshen Dalal, Hinduism: An Alphabetical Guide. India: Penguin Global, 2011, hlm. 399)

Himne tertua Veda, seperti himne 1.115 dari Rgveda, menyebutkan Surya sebagai penghormatan khusus untuk “matahari terbit” dengan simbolismenya sebagai penghilang kegelapan, orang yang memberdayakan pengetahuan, kebaikan dan semua kehidupan. (Samuel D. Atkins, A Vedic Hymn to the Sun-God Srya. Translation and Exegesis of Rig-Veda 1.115. United Stated: American Oriental Society, 1938, hlm. 419).

A.A. Macdonell dalam bukunya Mitologi Veda ( (Delhi: Motilal Banarsidass Publishers, first edition: Strassburg, 1898, reprint: Delhi, 1974, 1981, 1995, 2002) hlm. 30.) memberi uraian sebagai berikut:

Dari 10 buku hymne Rigveda, pada umumnya kalau bisa dikatakan keseluruhannya, dapat dikatakan dikhususkan bagi perayaan urya. Tidak mungkin untuk mengatakan seberapa sering namanya muncul.

Dalam banyak kasus diragukan apakah hanya fenomena alam yang dimaksudkan atau personifikasinya. Karena namanya menandakan bola matahari juga, Surya adalah dewa matahari yang paling konkrit, hubungannya dengan orang-orang yang menonjol dengan pencapaian cemerlang (orang termasyhur) tidak pernah hilang.