Sulawesi Disebut K’ULUN di Kronik Cina dan GURUN di Nagarakretagama

peta pulau-pulau di Indonesia yang berisi hipotesis letak nama-nama wilayah yang disebut dalam Sumpah Palapa Gajah Mada, diantaranya menyebut gurun (k'ulun) yang sangat mungkin merujuk pada pulau Sulawesi.
2 Shares
Reading Time: 4 minutes

Jika mencermati penyebutan Pulau Gurun sebelum menyebutkan Bantayan (Bantaeng) dan Luwuk (Luwu) maka dapat diduga yang dimaksud pulau Gurun di sini adalah pulau Sulawesi. 

Hal ini juga dikuatkan dengan menganalisa “sumpah palapa” dari Pati Gajah Mada yang berbunyi: Lamun huwus kalah nusantara insu amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa. (untuk rincian letak wilayah, lihat pada gambar di bawah)

peta pulau-pulau di Indonesia yang berisi hipotesis letak nama-nama wilayah yang disebut dalam Sumpah Palapa Gajah Mada, diantaranya menyebut gurun (k'ulun) yang sangat mungkin merujuk pada pulau Sulawesi.

Dalam peta di atas dapat kita lihat bahwa semua daerah yang dirinci dalam sumpah Palapa, secara umum mewakili wilayah Nusantara dari timur hingga ke barat. Jika seandainya ada pendapat yang mengatakan bahwa wilayah gurun dalam sumpah palapa bukanlah pulau Sulawesi, maka akan menjad terasa janggal jika Pati Gajah Mada tidak menyebutkan pulau Sulawesi sebagai salah targetnya untuk menyatukan wilayah nusantara. 



Sebagai catatan, nama wilayah lain yang disebutkan dalam sumpah tersebut, dapat dikatakan telah dapat teridentifikasi dengan baik. Tersisa nama Gurun saja yang sejauh ini masih menjadi tanda Tanya.



Demikianlah, Identifikasi ini dapat dikatakan sejalan pula dengan fakta bahwa Sulawesi sebagai asal dari pada orang Bajoe, jadi, adalah benar jika orang-orang Cina di masa lalu menyebut pelaut dan pedagang dari laut selatan (nusantara) sebagai “orang gu-lun” itu berarti mereka merujuk pada pulau asal pelaut-pelaut tersebut yaitu pulau Gurun; yakni nama lain pulau Sulawesi di masa lalu.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Sebagai bahan tambahan, hipotesis Gu-lun sebagai bentuk asli dari K’ulun dan merupakan transkripsi dari Gurun rupa-rupanya sangat sejalan dengan uraian Prof. Edward H. Schafer (1963), seorang ahli Sinologi, sejarawan, dan penulis Amerika, dalam bukunya “The Golden Peaches of Samarkand“.

Dalam buku tersebut, Schafer mengutip catatan tentang K’ulun dari Hui-lin seorang leksikografer Buddhis dari Dinasty Tang pada abad kedelapan dan kesembilan. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa : “…mereka juga disebut Kurung. Mereka adalah orang-orang barbar di pulau-pulau besar dan kecil, dari Laut Selatan.” 

Mereka sangat hitam, dan mengekspos sosok telanjang mereka. Mereka bisa menjinakkan dan menyerbu binatang buas, badak, gajah dan sejenisnya. Mereka juga disebutkan unggul ketika mereka masuk ke air, karena mereka dapat tetap di sana sepanjang hari dan tidak mati (Ketahanan di dalam air ini sangat tepat dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Bajo).



Berikut ini kutipan aslinya:

Jadi, jika biksu I-Tsing mentranskrip sebutan ‘Gurun’ ke dalam bentuk Cina menjadi K’ulun, maka biksu Hui-lin, yang memang seorang leksikografer, mampu mentranskrip sebutan ‘Gurun’ ke bentuk yang hampir menyerupai bentuk aslinya, yaitu: ‘Kurung‘. Hui-lin mempertahankan fonetis r, tidak mengubahnya menjadi fonetis l.

Demikianlah, pembacaan saya pada catatan-catatan kuno maupun catatan klasik yang menjadikan wilayah Nusantara sebagai topik pembahasannya, pada akhirnya memungkinkan saya untuk dapat menyusun hipotesis ini.

Baca pembahasan lanjutan di sini: Sinkronisasi naskah Nagarakretagama dengan kronik Cina

2 Shares

2 Comments on “Sulawesi Disebut K’ULUN di Kronik Cina dan GURUN di Nagarakretagama”

Comments are closed.