Kaitan Antara “Nur Muhammad” dan Imam Mahdi

0 Shares
Reading Time: 4 minutes

Sudah menjadi pemahaman umum yang berkembang dalam tradisi umat Islam bahwa Imam Mahdi adalah keturunan nabi Muhammad. Ini terutama didasari oleh adanya bunyi hadis di mana nabi Muhammad sendiri mengakui bahwa Imam mahdi adalah keturunannya.

Misalnya pada bunyi hadis berikut ini…

“Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284, at-TirmidziIbnu Majah no. 4086)



Tapi, ulama dari kalangan tasawwuf menyampaikan hal yang sifatnya lebih esoterik bahwa, Nur Muhammad berakhir pada Imam Mahdi, atau nur Muhammad akan hadir di diri Imam Mahdi pada saat kemunculannya kelak.

Pembahasan saya dalam artikel kali ini akan fokus mengulas pendapat yang bersifat esoterik ini.

Sebelumnya, saya ingin terlebih dahulu menyampaikan bahwa ini adalah interpretasi dari saya pribadi. Silahkan dicermati. Benar tidaknya hanya Allah yang tahu.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Saya akan membahas kaitan antara “Nur Muhammad” dengan Imam Mahdi berdasarkan tinjauan saya pada surat Az Zariyat (surat ke 51 dalam Al Quran) terutama pada ayat pertama yang memang, belum pernah sekali pun ada ulama yang memberi pembahasan seperti yang akan saya sampaikan di sini.

Jadi, anda, yang pada setiap pembahasan agama sering kukuh menuntut “sanad periwayatan” kali ini akan mendapat jawaban dari saya bahwa semua yang saya bahas di sini datangnya dari Allah. Terserah mau percaya atau tidak.

Baik saya mulai…

وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًاۙ (waż-żāriyāti żarwā) Selama ini, bunyi ayat pertama surat Az Zariyat ini umumnya oleh para mufassir diterjemahkan maknanya sebagai: Demi (angin) yang menerbangkan debu. (terjemahan DEPAG)

Kata zaariyaati pada ayat ini oleh para mufassir pada umumnya ditafsirkan mengacu pada makna “angin”.



Kemungkinan ini merujuk pada tafsir yang disampaikan Ibnu Katsir yang merujuk pada riwayat bahwa, suatu ketika Ali bin Abi Thalib naik ke mimbar di Kufah dan menyatakan,“…apa pun dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasul Allah yang Anda tanyakan kepada saya, hari ini, saya akan menjelaskannya.”

Ibn Al-Kawwa lalu berdiri dan berkata, “Wahai Pemimpin orang beriman! Apa arti dari firman Allah, الذَّارِيَاتِ ا (al dhaariyati)”

Ali Menjawab, “Angin.”

Namun demikian, ada pula mufassir lain yang memberi penafsiran yang lebih berhati-hati.

Misalnya, Safi-ur-Rahman al-Mubarakpuri memilih mengartikan makna ayat pertama surat Az Zariyat menjadi: Demi “Dhariyat” yang berhamburan. Ia memilih sama sekali tidak menafsirkan kata dhariyat.

Versi Qaribullah & Darwis : “Demi penghambur (yang) berhamburan.

“Versi Talal Itani : “Demi penyebar (yang) menyebar.”

Demikianlah, pada beberapa pendapat mufassir tentang ayat pertama surat Az Zariyat, terlihat jelas adanya beda pendapat.

Jika ditinjau secara harfiah (menggunakan google translate), kata Dhariyat atau zariyat bermakna “keturunan” dalam bahasa Arab. (lihat gambar)

Kata Dzurriyah yang populer digunakan di Indonesia untuk menyebut keturunan Nabi Muhammad (sering kita dengar dengan istilah Dzurriyah nabi), terkait dengan kata Zariyat ini.

Yang menarik, kata Zariyat dalam bahasa Urdu serupa dengan kata czarism, yang dapat diperkirakan terkait dengan kata “kaisar/ kekaisaran”. (lihat penerjemahannya di hamariweb) https://hamariweb.com/…/zariyat_urdu-english-meaning.aspx



0 Shares