Rahasia di Balik Tata Letak Ka’bah (Bagian 2: Hajar Aswad)

arah kiblat menurut negara-negara di dunia
Reading Time: 15 minutes

Hajar Aswad di sudut timur laut, pintu Ka’bah yang diletakkan di sampingnya, dan bahwa sudut ini merupakan titik awal tawaf, adalah: rangkaian metafora atau simbolisasi – yang berbicara banyak tentang sesuatu di masa yang sangat kuno, di masa ketika semua hal (tentang manusia) baru saja dimulai.

Metafora adalah gaya bahasa yang umum digunakan leluhur kita di masa kuno dalam mengungkap sesuatu. Terutama terhadap kejadian, figur, atau hal-hal apa pun yang dianggap sangat sakral dan sifatnya suci. 

Selain sebagai wujud penghormatan terhadap apa yang dianggap Sakral tersebut, kenyataannya, gaya bahasa metafora memang memiliki kedalaman atau keluasan makna yang bisa dikatakan tepinya tak terjangkau nalar – sehingga dengan demikian bernuansa kesadaran kosmis.

Dalam bagian 1 saya telah mengungkap bahwa nabi Ibrahim tidak hanya membuat Ka’bah sebagai tempat ibadah bagi umat manusia dari segala penjuru dunia, tapi juga menjadikannya sebagai: tempat sarat dengan simbol-simbol teramat penting yang dapat menuntun umat manusia mengetahui asal usulnya. Dan, Hajar Aswad di sudut timur laut serta pintu Ka’bah yang ditempatkan di sampingnya, adalah “pintu masuk” kita memasuki lorong waktu itu.

Nabi Idris (atau Hermes) adalah orang yang berperan sangat penting dalam menyiapkan dan memastikan kita mampu menjelajahi lorong waktu itu. Dia mengajarkan ilmu hermeneutikanya sebagai bekal kita dalam upaya menerjemahkan simbol-simbol. Karena itu, dalam perjalanan ini, ia adalah guru kita. 



Hermeneutika adalah sebuah teori yang mengatur tentang metode penafsiran, yaitu interpretasi terhadap teks dan tanda- tanda lain yang dapat dianggap sebagai teks (Palmer, 1969).



Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Mengenai sosok nabi Idris atau Henokh atau Hermes Trismegistus atau Thoth dan beberapa lagi sosoknya yang lain,  telah saya bahas dalam artikel ini: Sosok Nabi Idris di Berbagai Tradisi Agama dan Mitologi, serta Rahasia yang Meliputinya.

Dalam jurnal penelitian Museum Salar Jung, disebutkan sebagai berikut: Orang pertama setelah periode Adam, yang menulis dengan pena adalah nabi suci Idris. Ia juga disebut sebagai “Hurmus Al Haramisah” dan “Al Muthallath” dengan alasan bahwa ia pernah menjadi nabi, raja, dan filsuf. Dia juga disebut “Hurmus-ul-Awwal”. [Museum Salar Jung: Jurnal Penelitian SJM, Volume 6-7, 1974: 109]

Dalam bagian pertama sudah saya sebutkan bahwa Ka’bah, satu-satunya bangunan suci dan bersejarah di bumi yang sadar “realita geografis”-nya dengan mengacu pada utara sebenarnya bukan utara magnet. Ini kejujuran dan hal fundamental yang ditanamkan nabi Ibrahim dalam konsep desain yang ia terapkan pada tata letak Ka’bah.

Pilihan nabi Ibrahim untuk mengacu pada titik utara sebenarnya (bukan utara magnet yang semu), Secara filosofis, ingin menunjukkan bahwa Ka’bah yang ia bangun didasari oleh konsep dan fakta-fakta yang riil (nyata) – bukan semu atau pun imajinatif, dan bahwa hanya dengan mengikuti konsep fundamental tersebut, simbol-simbol yang ia benamkan dalam desain tata letak Ka’bah dapat terungkap.

Dengan menaati konsep tersebut, dalam bagian pertama, kita telah berhasil mengetahui bahwa yang diisyaratkan oleh letak maqam Ibrahim di sebelah utara Ka’bah (mengacu pada utara sebenarnya) adalah tentang eksistensi nabi Ibrahim di wilayah Bangladesh. 

Ia berada di sana setelah diperintahkan Allah untuk hijrah, menyingkir dari wilayah timur tengah untuk menghindari bencana hantaman meteor yang tumbukannya setara ratusan bom nuklir – yang menimbulkan bencana susulan seperti kebakaran besar, dan kekeringan hebat (mega drought) yang menurut penelitian para ahli menyebabkan wilayah jazirah Arab ditinggalkan kosong tak berpenghuni selama sekitar 300 tahun.





2 Comments on “Rahasia di Balik Tata Letak Ka’bah (Bagian 2: Hajar Aswad)”

Comments are closed.