Misteri di balik Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, dan Hijr Ismail

Reading Time: 2 minutes

Sesungguhnya, garis besar kesejarahan umat manusia telah disimbolisasi nabi Ibrahim dan nabi Ismail pada konfigurasi tata letak Ka’bah. Mereka meletakkan posisi hajar aswad dan garis awal tawaf di sisi timur laut, maqam Ibrahim di sisi utara, dan hijr Ismail di sisi barat ka’bah – tidaklah tanpa ada maksud tertentu. Tentu saja semua itu ada maksud dan tujuannya.

Hanya saja memang, mengungkap makna filosofis di balik kesemua susunan itu menuntut kreatifitas penalaran, terutama karena kesemua hal yang tersusun itu merupakan bentuk-bentuk simbolik/ perumpamaan.

HAJAR ASWAD DAN TITIK AWAL TAWAF DI SISI TIMUR LAUT KA’BAH



Seperti yg telah saya ulas dalam tulisan “Rahasia Kuno yg Terpendam di Gunung Latimojong” – peletakan hajar aswad dan titik awal tawaf di sisi timur laut Ka’bah merepresentasi “sisi timur laut” sebagai titik awal segala sesuatu dalam peradaban umat manusia.

MAQAM IBRAHIM DI SISI UTARA KA’BAH

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Sementara itu dalam tulisan “Fakta yang Menguatkan Dugaan Dewa Brahma Sebagai Personifikasi Nabi Ibrahim” – saya membahas bahwa sisi utara Ka’bah tempat Maqam Ibrahim berada, merepresentasi bahwa di “utara” merupakan tempat di mana Ibrahim pernah memijakkan kakinya.

Untuk mengetahui di mana wilayah utara yang dimaksud, diperlukan peninjauannya menggunakan konsep interpretasi “posisi jarum jam sebagai penentu arah mata angin”. Dengan metode ini, arah utara yg maksud merujuk pada wilayah benggala yang tepat berada di garis bujur 90 derajat.

Mengenai jejak Nabi Ibrahim di wilayah benggala (bangladesh) telah banyak saya bahas dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Link tulisan tersebut saya rangkum dalam artikel ini “Fakta yang Menguatkan Dugaan Dewa Brahma Sebagai Personifikasi Nabi Ibrahim“.

HIJR ISMAIL DI SISI BARAT KA’BAH

Yang belum pernah saya bahas adalah makna filosofis di balik hijr ismail di sisi barat Ka’bah. Untuk memahaminya, perlu meninjau etimologi kata ‘hijr‘ terlebih dahulu.

Hijr‘ dalam bahasa arab dan bahasa urdu artinya: perpisahan / perbedaan / Keberangkatan dari.

Dari memahami makna ‘hijr’ ini, dan dengan mencermati bentuk setengah lingkaran (180 derajat) bangunan ‘hijr ismail’ di sisi paling barat ka’bah maka, dapat diperkirakan jika makna filosofis hijr ismail adalah tentang titik paling barat sebagai titik perpisahan antara siang dan malam. Sisi barat sebagai sisi yang membatasi antara sisi 180 derajat belahan bumi siang hari dan 180 derajat belahan bumi malam hari.

Hal inilah yang dimaksudkan makna kata hijr : “perpisahan“, yaitu perpisahan antara siang dan malam; “perbedaan“, yaitu perbedaan gelap dan terang; dan “keberangkatan dari“, yaitu keberangkatan dari sisi siang belahan bumi menuju sisi malam belahan bumi.

Yang menarik, bentuk sinonim kata ‘hijr‘ yaitu ‘firaaq‘ mengandung makna: kecemasan, kesedihan, penyesalan. (sumber makna kata hijr di sini, dan sumber makna kata firaaq di sini)

Saya melihat makna ini lebih mengarah kepada simbolisasi sisi barat tempat tenggelamnya matahari sebagai “sisi akhir kehidupan”. Bahwa orang yang mencapai titik ini akan dilanda rasa cemas, sedih dan penyesalan.

Demikianlah uraian filosofis di balik letak hajar aswad dan titik awal tawaf di sisi timur laut ka’bah, maqam Ibrahim di sisi utara, dan hijr Ismail di sisi barat. Semoga bermanfaat. Salam.

Artikel terkait: Mungkinkah Furqan (Pembeda) Sama dengan Veda (Beda)?

 



One Comment on “Misteri di balik Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, dan Hijr Ismail”

Comments are closed.