Pada tulisan sebelumnya (Rahasia Kuno yang Terpendam di Gunung Latimojong) telah saya jabarkan hipotesis bahwa di masa kuno, selain disebut sebagai “negeri sabah” atau “negeri pagi”, wilayah Nusantara juga disimbolisasikan dengan sebutan “negeri timur laut”.
Bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya, saya sangat menyarankan agar terlebih dahulu membaca tulisan tersebut, sehingga dapat dengan mudah mengikuti pembahasan dalam tulisan ini.
Baik, mari kita mulai…
Dalam teks Cina kuno, Sui shu (kitab sejarah dinasti Sui), yang disusun oleh Wei Zheng (580-643 M) terdapat informasi bahwa negara Zhenla atau Chen-la pada sekitar awal abad ke-7 diperintah oleh Zhiduosina dan Yishinaxiandai, yang ibukotanya disebut Isana pura.
Nama Isana pura oleh para sejarawan dianggap berasal dari bahasa Sanskerta ‘Isana’ yang berarti “timur laut”. Anggapan ini sangat mungkin berasal dari pemahaman konsep Dikpala (penjaga arah) yang terdapat dalam tradisi Hindu.
Asta-Dikpala atau “Penjaga dari delapan arah”, terdiri dari: Kubera (penjaga arah utara), Vayu (penjaga arah barat laut), Varuna (penjaga arah barat), Nirrti (penjaga arah barat daya), Yama (penjaga arah selatan), Agni (penjaga arah Tenggara), Indra (penjaga arah timur), Isana (penjaga arah timur laut).
Mengenai letak Isana pura sebagai ibukota Zhen-la, sejarawan dunia pada umumnya menempatkannya di Wilayah Kamboja hari ini.
Namun klaim penempatan Chen-la di wilayah kamboja telah saya beri sanggahan pada tulisan saya yang berjudul: Hipotesis Letak Geografis Ho-ling di Sulawesi. Sesuai judulnya, tulisan tersebut berisi hipotesis saya yang mengidentifikasi letak Ho-ling di Pulau Sulawesi.
Klaim para sejarawan yang menempatkan Zhen-la di wilayah Kamboja hari ini, sebenarnya mudah dilihat sebagai sebuah bentuk klaim yang dipaksakan.
Transkripsi Toponim yang disebut dalam berita cina terlihat begitu mudah dikait-kaitkan dengan toponim tertentu di Kamboja saat ini, yang pada kenyataannya sama sekali tidak memiliki keidentikan jika ditinjau menurut struktur fonetisnya.
Dan berikut ini beberapa informasi dari catatan cina kuno mengenai Zhen-la yang menguatkan indikasi jika sesungguhnya Zhen-la yang dimaksud dalam kronik Cina letak sesungguhnya adalah di pulau Sulawesi.
Dalam artikel mengenai Zhen-la di halaman chinaknowledge.de disebutkan sebagai berikut:
Dalam artikel yang saya capture di atas, disebutkan jika ibukota Zhenla selain disebut Isana pura ( Yi-shang-na-bu-lu-o / Yi-she-na-bu-luo) pernah pula “Wuge ” yang dalam buku Zhufanzhi disebut “Luwu.”
Selanjutnya di bagian akhir disebutkan bahwa Zhenla terpecah menjadi dua kerajaan, yakni “Lu Zhenla” (Zhenla tanah) dan “Shui Zhenla” ( Zhenla air). Lu Zhenla juga disebut “Wendan” atau “Polou”.
Toponim wuge, Luwu dan Polou yang disebut dalam artikel di atas jika dicermati sesungguhnya identik dengan entitas nama wilayah yang ada di pulau sulawesi.
“Wuge” dapat kita lihat identik dengan “wugi – ugi – bugis”, “Luwu” jelas identik dengan “Luwu” atau kadang juga tertulis dengan ejaan: luu-luhu-loeo (merupakan kerajaan tertua dan terbesar di pulau Sulawesi), dan “polou” dapat kita lihat identik dengan “palu” (yang merupakan nama ibukota Sulawesi tengah pada hari ini).
Selanjutnya, Pembahasan mengeni Zhenla yang bernada sama dengan tulisan di atas, dan sebenarnya jauh lebih detail, dapat kita temukan pada buku “Zhu Fan Zhi” yang merupakan catatan dari Dinasti Song. Disusun pada sekitar abad ketigabelas oleh Zhao Rukuo (1170-1231).
One Comment on “Isana atau “Timur Laut” Sebutan Nusantara di Masa Kuno”
Comments are closed.