Kepopuleran Sanat Kumara di Kalangan Mistikus Teosofi

Reading Time: 3 minutes

Dalam tulisan sebelumnya (Kumara Sang Dewa Perang yang Disebut Dalam Wangsit Jayabaya) telah saya bahas mengenai adanya penyebutan nama ‘Kumara’ dalam wangsit Jayabaya dan, penjelasan mengapa Prabu Jayabaya menyebutnya “dewa perang” dan juga “kumara prewangan”. Dalam bagian ini saya akan mengulas sosok Sanat Kumara yang juga populer di kalangan mistikus teosofi.

Teosofi adalah filsafat keagamaan yang dibentuk pada tahun 1875 oleh mistikus Rusia Helena Blavatsky. (sosok Helena Petrovna Blavatsky telah saya bahas dalam tulisan: Koneksi Okultisme Nazi, Tibet, dan Rosicrucian)

Secara umum Teosofi berpandangan bahwa setiap agama yang hadir di dunia sejak masa kuno mempunyai kepingan kebenaran. Mereka percaya bahwa kesemua agama tersebut pada dasarnya berasal dari satu sumber, karena itu, mencoba memulihkan kembali pengetahuan agama-agama kuno adalah salah satu concern mereka. Dalam hal ini, study perbandingan agama adalah hal yang akrab mereka lakukan.



Pemuda Abadi (Sanat Kumara) dan Teladan Kebenaran Realitas

Menurut publikasi teosofi (setidaknya setelah memasuki abad 20), Sanat Kumara adalah “Advance Being” pada tingkat inisiasi Kosmik, dianggap sebagai “Raja dunia” dan “pemimpin umat manusia”. Dia dipercaya berdiam di tanah murni Shamballa.

Penyebutan kalangan teosofi, Sanat Kumara sebagai guru pencerahan spiritual (ascended master), tampaknya, bersumber dari teks hindu Chandogya Upanishad Prapathaka VII yang menyajikan dialog Sanat Kumara dan Narada. Dalam bagian ini Sanat Kumara muncul sebagai Resi tempat Narada meminta petunjuk.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Dalam bahasa Sanskerta, “Sanat Kumara” berarti “Pemuda Abadi”. (lihat lampiran berikut)

Arti kata ‘sanat’ dalam bahasa Sanskerta (dokpri)
Arti kata ‘kumara’ dalam bahasa sanskerta (dokpri)

Dalam pemahaman yang lebih luas, kata ‘sanat’ dianggap terkait dengan kata ‘sant’ dalam tradisi Hinduisme, Jainisme, Sikhisme dan Budha, yaitu: manusia yang dihormati karena pengetahuannya tentang “diri, kebenaran, realitas” dan sebagai “teladan kebenaran”. Dalam Sikhisme, kata ini digunakan untuk menggambarkan makhluk yang telah mencapai pencerahan spiritual dan kekuatan ilahi melalui persatuan dengan Tuhan.