Awal Abad 20 bisa dikatakan saat dimana era Renaisans (Renaissance) dan era penjelajahan (Age of Exploration) yang dimulai sejak abad ke 15, mencapai titik krusial – katakanlah seperti seorang remaja yang memasuki periode puncak masa pubernya.
Di masa tersebut, capaian sains telah tiba pada “selaput tipis” pemisah antara pengetahuan dunia fisik dengan dunia metafisika.
Kehadiran “Teori relativitas” dari Einstein pada tahun 1905 menjadi tonggak sejarahnya – menggantikan teori mekanika berusia 200 tahun sebelumnya.
Kelindan antara filsafat materialisme dan gagasan teori mekanika klasik tentang bagaimana materi dan kekuatan ada dan berinteraksi, yang mengasumsikan bahwa materi dan energi memiliki atribut yang pasti, yang mana menguasai secara dominan pemikiran ilmuwan dunia sebelum abad 20, menyebabkan kaum penganut okultisme terdesak, menyingkir, sembunyi di balik sisi dunia yang gelap.
Terlebih karena di sisi lain, pada masa-masa itu, otoritas keagamaan memang tidak mentoleransi praktek okultisme. Pelakunya dianggap bid’ah dan dapat berujung hukuman mati.
Tampilnya Jerman Nazi ke pentas dunia di awal abad 20 – dengan slogan terkenalnya Reich Ketiga (Drittes Reich), yang berarti “Kekaisaran Ketiga”, dengan Kekaisaran Romawi Suci (800–1806) selaku kekaisaran pertama dan Kekaisaran Jerman (1871–1918) sebagai kekaisaran kedua, Bukan saja melahirkan terjadinya perang fisik dan perang ideologi, tetapi juga di sisi lain, memunculkan konfrontasi pemikiran rasional dan irasional yang mengisi panggung pinggiran.
Gerakan spiritual dan budaya “Rosicrucianism” yang dikembangkan oleh persaudaraan rahasia bernama Rosicrucian, muncul di Eropa pada awal abad ke-17, dengan doktrin misteriusnya tentang “tatanan esoteris yang berasal dari masa kuno” -lalu, Konsepsi “Teosofi” yakni aliran esoterisme Barat yang okultis, dari Helena Petrovna Blavatsky (1831-1891)- konsep Ubermensch dari Nietzsche – hingga interpretasi liar, ras Arya sebagai jenis manusia unggul – seperti terakumulasi…
Hingga pada gilirannya, perang dunia ke 2 lebih merupakan konsekuensi dari menggeliatnya suatu energi besar yang terakumulasi – membuka jalannya tampil kepermukaan untuk memulai suatu era baru.
Karena itu, Hitler dan NAZI-nya, pada titik pemahaman ini, terlihat lebih merupakan pion-pion kecil yang digerakkan oleh tangan-tangan yang tak terlihat.
Setidaknya, pasca perang dunia ke 2, budaya psychedelic yang meledak di tahun 60-an, di mana muatan-muatan mistisme dan Esoteris dirayakan, menunjukkan adanya relevansi ke arah itu.
One Comment on “Koneksi Okultisme Nazi, Tibet, dan Rosicrucian”
Comments are closed.