‘Etimologi’, Latar Belakang Film The Professor and The Madman

Reading Time: 3 minutes

Ada banyak kata dalam bahasa Indonesia yang tidak jelas etimologi atau asal-usulnya. Ironis memang, karena di sisi lain, bahasa Indonesia terus diperkaya dengan kata-kata serapan baru, bahkan ada beberapa tokoh bahasa di Indonesia (katakanlah demikian), yang terlihat gencar berupaya memunculkan kembali kata-kata kuno.

Mengenai upaya memunculkan kembali kata-kata kuno dan merangsang generasi muda untuk menggunakannya, saya pikir tidak ada salahnya, tetapi, penting untuk dipertimbangkan agar memperjelas dari mana kata-kata kuno itu ditemukan. Dari prasastikah? dari naskah buku kunokah? atau setidaknya berikan sedikit informasi – masyarakat di wilayah mana di Indonesia yang di masa lalu menggunakan kata-kata tersebut dan, dikisaran tahun berapa.

Tidak ada salahnya kita belajar pada cerita yang disajikan dalam film “The Professor and the Madman” yang dibintangi aktor kawakan Mel Gibson dan Sean Penn. Lagi pula, film ini memang berdasarkan kisah nyata. Tentang profesor James Murray , yang pada tahun 1879 mulai menyusun Oxford English Dictionary (kamus yang kaya dengan informasi etimologi kata-kata dalam bahasa Inggris).

Hal yang layak kita jadikan inspirasi dari film ini adalah, penggambaran ketekunan dan kegigihan orang-orang yang berkontribusi dalam proyek penyusunan kamus bahasa tersebut. Mereka tidak tanggung-tanggung, membaca ratusan mungkin ribuan buku untuk mengumpulkan kata-kata yang penting untuk didokumentasikan dalam kamus.



Untuk diketahui, The Oxford English Dictionary (OED) adalah kamus sejarah bahasa Inggris yang disusun dengan melacak perkembangan historis bahasa Inggris. Tujuan dari proyek tersebut adalah menyediakan sumber daya yang komprehensif untuk para sarjana dan peneliti akademis, serta menggambarkan bagaimana penggunaan bahasa Inggris dalam banyak variasinya di seluruh dunia.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Sebagai kamus sejarah, Oxford English Dictionary menjelaskan kata-kata dengan menunjukkan etimologi dan perkembangannya. Oleh karena itu, kamus ini menunjukkan definisi dalam urutan – bermula dari arti kata terawal (sejak kata mulai digunakan), termasuk makna kata yang tidak lagi digunakan. 

Alhasil, ini memungkinkan pembaca untuk dapat memperkirakan periode waktu di mana kata tertentu telah mulai digunakan, dan kutipan tambahan membantu pembaca untuk mendapatkan informasi dan gambaran tentang bagaimana kata tersebut digunakan dalam konteks_, terlepas dari penjelasan apapun yang dapat disediakan oleh editor kamus.

Saya pikir, tindakan totalitas seperti tujuan proyek penyusunan OED inilah yang tidak kita miliki di Indonesia.

Inilah yang saya sempat bahas dalam tulisan sebelumnya Ini Alasan “Kayu Jati” Mendasari Kata “Sejati” dan “Jati Diri”.

Bahwa bisa jadi, di Indonesia, kurangnya orang yang mau menulis sesuatu topik atau objek secara mendalam, hingga tiba pada titik dimana tidak ada lagi pertanyaan yang timbul setelah itu, adalah salah satu hal yang dapat dianggap penyebab masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Jadi, hal itu bukan hanya tanggung jawab guru atau tenaga pengajar, tapi juga karena kurangnya tenaga peneliti.

Padahal, jika prestise menjadi motivasi seseorang atau suatu institusi untuk melakukan sebuah proyek penelitian, maka sesungguhnya bahasa Indonesia kaya akan aspek tersebut.

Etimologi beberapa kata dalam bahasa Indonesia dapat menggambarkan jika bangsa ini telah aktif berperan dalam komunitas global sejak masa kuno.

Misalnya, seperti yang saya bahas dalam tulisan “Language atau Lingua, Sebuah Kata Kuno dari Indonesia” bahwa, ada kemungkinan keterkaitan antara kata Language atau Lingua dalam bahasa Indo-Eropa dengan kata lenguh’ yang dalam KBBI definisinya jelaskan sebagai: bunyi lenguh; menguak (tentang lembu, rusa dsb). kata kerja: melenguh/me-le-nguh/ = mengeluarkan bunyi lenguh. 

Sementara itu, dalam bahasa tae’ (bahasa yang digunakan sebagian besar masyarakat Luwu dan Toraja di Sulawesi Selatan) ada bentuk kata yang lebih mendekati lagi (kalau tidak bisa dikatakan sama persis) dengan bentuk ‘lingua’ dalam bahasa Indo-Eropa, yaitu: ti-lingua ataupun ma-lingua’ (dari bentuk dasar: lingua‘) yang kurang lebih dapat dideskripsikan seperti orang yang sedang tercengang – mulut terbuka dan mengeluarkan suara seperti lenguh pada kerbau.

Dapat kita lihat bahwa kata lenguh dan lingua‘ dari Nusantara lebih mendekati bentuk Latin Lingua dan Proto Indo-Eropa *dnghu-. Etimologi-nya pun bisa dikatakan lebih primitif karena nampaknya gagasan kata itu terlahir dari pengamatan leluhur kita terhadap alam disekitarnya. Dengan kata lain, mereka memunculkan kata dengan mencari keserupaannya di alam. (silakan baca “Language atau Lingua, Sebuah Kata Kuno dari Indonesia” untuk mendapat ulasan lebih jauh mengenai hal ini)

Contoh lainnya, kita dapat pula melihat bahwa sangat mungkin, etimologi kata ‘gadis’ dalam bahasa Indonesia, terkait dengan kata dalam bahasa Inggris, “goddess”, yang artinya: dewi atau dewa wanita. Dugaan ini dimungkinkan karena kata “goddess” pelafalannya tepat berbunyi “ga-dis”.

Barnhart (seorang lexicographer Amerika), mengatakan bahwa Kata “Goddess” dalam bahasa Inggris merupakan kombinasi kata “god” dengan penambahan bentuk latinasi “-ess” sebagai akhiran. Kata ini pertama kali muncul dalam bahasa Inggris di sekitar tahun 1350. (Barnhart, 1995: 323)

Di laman wikipedia yang membahas sejarah penyusunan Oxford English Dictionary, disebutkan bahwa OED dimulai sebagai proyek Masyarakat Filologis, sekelompok kecil intelektual di London, yang tidak terhubung ke Universitas Oxford.

Ketidakpuasan dengan kamus bahasa Inggris yang ada saat itu, mendorong minat kelompok intelektual tersebut untuk menyusun kamus baru pada awal tahun 1844, tetapi baru pada bulan Juni 1857 mereka mulainya dengan membentuk “Komite Kata-kata Tidak Terdaftar” untuk mencari kata-kata yang tidak terdaftar atau kurang didefinisikan dalam kamus yang ada saat itu. 

Demikianlah, mungkin ada baiknya bangsa ini meluangkan waktu untuk duduk sejenak menarik napas – menurunkan adrenalin yang terus dipacu mengejar ketertinggalan… – sehingga dapat berpikir jernih – mengenai, apakah ketertinggalan suatu bangsa selalu tentang teknologi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga seluruh energi bangsa fokus digenjot ke hal itu saja?

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.



One Comment on “‘Etimologi’, Latar Belakang Film The Professor and The Madman”

Comments are closed.