Maluku dan Malaka, Jejak Bangsa Phoenicia di Nusantara

malaka dan malaga
Reading Time: 4 minutes

Malaka dan Malaga adalah dua nama yang sangat identik, bahkan bisa dikatakan sama saja. Hal ini diperlihatkan bentuk etimologi ‘Malaga’ pada situs Wiktionary: Dari bahasa Spanyol ‘Málaga‘; bahasa Arab مَالَقَة‎ (mālaqa); bahasa Latin Malaca; dan dari bahasa Phoenicia 𐤌𐤋𐤊‎ (mlk).

Mengenai etimologi ‘Malaka’ dikatakan bahwa: Menurut legenda, nama Malaka tercetus dari Parameswara ketika tiba di sana dan beristirahat di bawah pohon Malaka. Ia lalu menamai tempat itu sesuai dengan nama pohon tempat ia beristirahat. Tentu saja, model etimologi seperti ini sudah ketinggalan zaman.

Saat ini, kita ada di zaman di mana sumber informasi sangat terbuka lebar dan karenanya rahasia dari masa kuno menjadi semakin langka. Dengan mudah, kita dapat melakukan penelusuran kesejarahan dan komparasi linguistik melibatkan beberapa bahasa di dunia.

Terkait nama Malaka, dari catatan I Tsing yang berkunjung ke Nusantara sekitar abad ke 7, dapat kita temukan nama wilayah ‘Moloyu’ yang merujuk pada bentuk: Malayu, Melayu atau Malaya (tergantung aksen atau logat penyebutannya. Intinya, semua bentuk nama ini sama saja).



Nama Moloyu  - yang mengacu pada nama Melayu atau Malaya atau Malaka - dapat kita temukan pada catatan I Tsing dari abad ke-7 M.
Nama Moloyu dapat kita temukan pada catatan I Tsing dari abad ke-7 M. (Dicapture dari buku A Record of the Buddhist Religion as Practiced in India and the Malay Archipelago, hlm. 10)

Dengan adanya catatan I Tsing yang menyebutkan nama Moloyu (yang identik dengan nama Malaka dan Malaga) maka, narasi etimologi Malaka yang mengatakan bahwa itu berasal dari Raja Parameswara, Raja Singapura yang hidup antara tahun 1344–1414, tentu tidak relevan lagi.



Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Dalam artian, jauh sebelum masa hidup Raja Parameswara, sebutan Malaka atau Malaya atau Melayu telah digunakan di wilayah itu.

Jadi, jika kita telah menemukan bahwa secara tinjauan morfologi fonetis, nama Malaka dan Malaga (dan bahkan Malagasi juga terkait) adalah identik, atau kita katakan sama saja, lalu, bagaimana dengan tinjauan kesejarahan keduanya, apakah juga ada keterkaitan?

Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa ketika Raja Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequeira (1465–1530) untuk menjalin potensi perdagangan rempah-rempah di timur, Raja Portugis dengan sangat jelas merujuk dua wilayah yang harus didatangi oleh Diogo Lopes de Sequeira, yaitu: Malagasi dan Malaka. [International Colloquium of Art and Design Education Research (i-CADER 2014) – History of Portuguese Cartography, hlm. 616]

Disebutkan juga bahwa, Raja Portugis mendengar laporan tentang kekayaan rempah-rempah yang sangat besar di Malaka dari pedagang-pedagang Asia.

Ini mengindikasikan bahwa jejak perdagangan maritim yang ia ingin telusuri pada dasarnya telah terbentuk, sangat mungkin terbentuk sejak ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun sebelumnya.

Pada jalur perdagangan maritim kuno itu, Malagasi dan Malaka adalah pos perdagangan terpenting, karena itu Raja Portugis secara spesifik mengarahkan utusannya mengunjungi dua tempat tersebut.

Di sisi lain, penelitian terbaru menunjukkan keidentikan genetik antara orang-orang di Malagasi dengan orang Melayu di Nusantara. Para Ilmuwan menduga kuat bahwa pada masa kuno orang-orang bangsa pelaut dari Nusantara yang membuat koloni di sana (Malagasi).

Jaringan pelayaran dari Nusantara ke Malagasi tidak saja dapat ditelusuri ke masa kerajaan Sriwijaya, tapi jauh sebelum itu.

Hal ini misalnya disampaikan oleh Dr. Cyril A. Hromnik kepada Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid di sekitar tahun 1987.

Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid dalam bukunya yang berjudul “Capita Selecta: Sejarah Sulawesi Selatan” mengatakan bahwa Dr. Cyril A. Hromnik yang meneliti di Afrika Selatan dan Malagasi (Madagaskar) khusus datang mengunjunginya di Makassar pada tahun 1987, dan menyampaikan hasil penelitiannya bahwa dari abad ke 1 sampai abad ke 10 Masehi, banyak sekali pekerja yang dikirim dari kerajaan tertua di Sulawesi Selatan, yaitu kerajaan Bugis, ke Afrika Selatan untuk dipekerjakan di pertambangan emas orang-orang India.

Jadi, bagaimana posisi Malaga dalam penggalian sejarah kuno ini?

Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa kota Malaga dibangun oleh orang Phoenicia. Mereka menjadikan Malaga sebagai pusat perdagangan di sekitar abad 7 SM. Mereka menyebutnya: Malaca. Nama ini persis sama dengan penyebutan orang-orang Eropa pada Malaka yaitu ‘Malaca’ atau ‘Malacca’.

Setelah penaklukan bangsa Moor (714-716) kota Malaca berada di bawah yurisdiksi Kekhalifahan Córdoba. Di bawah kendali Dinasti Nasrid, kota Malaga menjadi kota pelabuhan utama. Dinasti Islam pada saat itu menyebutnya ‘Mālaqah’.