Proses dispersi pada prisma yang memecah cahaya putih menjadi banyak warna, dapat kita lihat sebagai analogi yang menggambarkan rezeki Tuhan kepada manusia yang, semula “putih bersih,” namun kemudian berubah menjadi “banyak warna” setelah rezeki itu berproses dalam hidup manusia.
Dalam hal ini, Manusia kita analogikan sebagai prisma cahaya, sementara cahaya putih dapat kita maknai sebagai analogi rezeki yang diberikan Sang Pencipta.
Proses rezeki Allah yang awalnya “putih” yang kemudian terurai menjadi banyak warna ini, disebabkan oleh karena di dalam diri manusia memang terdapat mekanisme yang memungkinkan proses “dispersi rezeki” tersebut berlangsung, yaitu dorongan hawa nafsu yang dapat meletupkan hasrat atau keinginan manusia ke level tak terbatas.
Untuk mengharmonisasi hal tersebut, Allah melengkapi umat manusia akal sehat dan tuntunan-tuntunan yang disampaikannya melalui perantara utusan-utusannya. Demikianlah Allah menghadirkan ujian dalam setiap rezeki yang diberikannya kepada umat manusia.
Pada akhirnya, yang dinilai dari ujian tersebut adalah, seberapa besar upaya manusia berjuang untuk menjaga rezeki yang putih agar tetap putih.