Jika definisi ‘mukjizat’ adalah: kejadian, peristiwa, atau hal ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia, maka, apa yang saya memunculkan beberapa minggu yang lalu sebenarnya juga mengandung aspek tanda-tanda suatu mukjizat. (lihat pembahasannya di sini: Deretan Angka yang Menyiratkan “Pesan Kosmis” Garis Takdir Negara Indonesia)
Pernyataan saya bahwa akan terjadi sesuatu kejadian besar ditanggal 7 Desember 2020 juga saya posting dalam bentuk utas di twitter tanggal 22 november 2020 (atau 15 hari sebelum kejadian), YANG MANA KITA KETAHUI, POSTINGAN DI TWITTER TIDAK DAPAT DIEDIT, JADI KEMUNGKINAN UNTUK MEMANIPULASI TANGGAL TIDAK DAPAT DILAKUKAN.
Kemarin, ada yang sempat mengejek saya “cocoklogi”. Pertanyaannya, kalau ini cocoklogi, bagaimana bisa saya dapat munculkan pertanyaan inti: “peristiwa apakah yang akan terjadi di 7 Desember 2020 nanti?”
Kenyataannya, saya dapat memunculkan pertanyaan inti itu dari hasil menganalisa berbagai “variabel-variabel acak” yang bisa dikatakan, tak seorang manusia pun akan dapat melihat atau berpikir bahwa kesemua variabel itu sebagai suatu hal yang berhubungan.
Lalu, bagaimana bisa saya dapat melihat peluang (probabilitas) tersebut? jawabannya, seperti yang saya ungkap dalam artikel tersebut, sesuatu dalam diri saya (baca:intuitif) memberi saya petunjuk untuk menganalisa hal itu.
Demikianlah, jika pada umat di masa lalu Allah menghadirkan mukjizat yang sifatnya “perisiwa luar biasa”, seperti ketika musa diperintahkan Allah agar melemparkan tongkatnya, lalu secara tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular… (lihat QS. Taha ayat 20)
Maka, bagi umat akhir zaman yang dianggap telah maju tingkat kecerdasannya, Allah tampaknya menyesuaikan situasi, dengan menghadirkan mukjizat yang lebih cenderung bersifat saintist, karena itu menuntut pencermatan secara nalar.
Kemarin ada juga yang mengejek saya “tukang ramal”. Saya pikir orang itu tidak paham jika ada yang namanya “Mathematical Probability”, yang bisa dimaknai sebagai suatu cara mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau sebaliknya telah terjadi melalui “hitungan matematis”. Konsep ini bukan saja diterapkan dalam ilmu matematika ataupun statistik, tetapi juga dalam sains dan filsafat.
Jalan yang saya lalui sebelum akhirnya tiba pada pertanyaan inti: “peristiwa apakah yang akan terjadi di 7 Desember 2020 nanti?” bukanlah jalan acak, random, dan penuh halu.
Kenyataannya, dalam perjalanan itu saya mempertimbangkan secara ketat harus hadirnya”notasi dan fakta-fakta logis” dalam hipotesis yang saya bangun.
Di setiap bagian “Notasi” angka-angka bilangan sempurna yang mewakili hitungan jarak waktu dari momentum awal ke momentum-momentum selanjutnya, secara ketat saya menuntut hadirnya “fakta-fakta logis” yang mewajarkan peristiwa di momen itu layak dianggap “momentum penentu”. Dan demikianlah, pada akhirnya, tanggal 7 Desember 2020 lah yang muncul sebagai titik waktu, di mana suatu peristiwa memiliki “peluang besar” akan terjadi.
Saudara-saudaraku sekalian, apa yang saya tunjukkan dalam “pengungkapan” ini, tidak lain adalah upaya menghubungkan “benang merah” titik demi titik yang tersebar di jagad realita kosmis.
Dapat mengetahui dan menyatakan (15 hari sebelumnya) bahwa akan terjadi peristiwa besar yang menggemparkan di tanggal 7 Desember 2020, adalah bukti bahwa dalam hal tertentu kita dapat keluar dari realita waktu dan melihat semua peristiwa berlangsung dari perspektif kosmis.
***
Seperti yang saya ungkap di atas, hari demi hari semenjak saya pertama kali memposting hingga menjelang tanggal 7 Desember, adalah hari-hari di mana saya mendapat banyak ejekan. Dikatai Cocoklogi , Otak-Atik Gathuk, dan ungkapan sarkasme lainnya. Tapi Alhamdulillah, apa yang saya nyatakan terbukti.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.