Teosofi Society, Kebangkitan Esoterisme di Era Modern (bagian 2: “Penjaga Master”)

Reading Time: 7 minutes

“Dalam nama tergambar seperti apa takdir seseorang” tampaknya adalah kalimat yang sangat tepat bagi Countess Constance Wachtmeister.

Countess Constance Wachtmeister lahir pada tanggal 28 Maret 1838 di Florence, Tuscany, Italia. Ayahnya bernama Marquis de Bourbel, mantan diplomatik Prancis, dan ibunya bernama Constance Cecilia Bulkley. 

Dia kehilangan orang tuanya ketika masih sangat muda dan karena itu ia dikirim ke bibinya di Inggris di mana dia tinggal sampai menikah dengan sepupunya, Pangeran Charles Wachtmeister – Pada tahun 1863 – dengan siapa dia memiliki seorang putra, Pangeran Axel Raoul.

Setelah tiga tahun menikah, mereka pindah ke Stockholm di mana, pada tahun 1868, count Carl Wachtmeister (suaminya) diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Sepeninggal suaminya pada tahun 1871, Countess Constance Wachtmeister masih tinggal di Swedia selama beberapa tahun.



Demikianlah, Awalnya, Nama lengkapnya adalah Constance Georgina Louise de Bourbel, di kemudian hari ia lebih dikenal dengan nama “Countess Constance Wachtmeister” (‘Countess’ adalah sebutan wanita bangsawan di Eropa; ‘Wachtmeister’ adalah nama rumpun keluarga dari suaminya).

Yang menarik, makna dari nama “Countess Constance Wachtmeister” tampak sangat sejalan dengan takdir yang dijalaninya.

Kata ‘Constance’ bermakna: tabah/ setia/ dedikasi/ tekun, tidak peduli rintangan yang dihadapi.

Sementara itu, ‘Wachtmeister’ adalah nama keluarga bangsawan Swedia, dalam bahasa Jerman umumya diartikan “Sersan”, tetapi kata ini berasal dari akar kata watch-master yang berarti “Penjaga-Tuan”.

Dengan demikian nama “Constance Wachtmeister” dapat diartikan menjadi: Setia atau tekun menjaga Master (tuan).

Lalu, siapakah “tuan” Madame Constance?

Jawabannya akan pembaca temukan dalam uraian berikut ini…

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Pada tahun 1879 countess mulai menyelidiki Spiritisme dan pada tahun 1881 bergabung dengan London Lodge of theosophical Society .

Dalam karyanya berjudul Reminiscences of HP Blavatsky and “The Secret Doctrine” ia mengatakan:

Menjelang akhir waktu ini (1879 – 1881) saya bertemu dengan ‘Isis Unveiled’, ‘Esoteric Buddhism’, dan buku-buku Teosofi lainnya, dan menemukan teori-teori yang telah saya bentuk secara independen sehubungan dengan sifat dan penyebab fenomena Spiritualistik yang [kemudian] dikuatkan dan diperluas dalam karya-karya ini, saya sangat secara alami merasa tertarik pada Teosofi.

Pada tahun 1881 saya bergabung dengan jajaran Theosophical Society dan berafiliasi dengan sebuah Loji. Saya tertarik dengan beberapa aspek ajaran Teosofi dan dengan pelajaran yang telah diberikan HPB (Helena Petrovna Blavatsky) secara lebih mendalam. Membaca buku-bukunya menambah kekaguman saya pada Madame Blavatsky, sehingga ketika ada kesempatan untuk berkenalan dengannya, saya memanfaatkannya dengan sigap.

Constance Wachtmeister bertemu HP Blavatsky di London pada tahun 1884. Dia adalah mitra penting bagi Blavatsky dan dukungan penting untuk pekerjaan penulisan buku “The Secret Doctrine”.

Pada tahun 1884, saat berkesempatan mengunjungi London, saya pertama kali berkenalan dengan Helena Petrovna Blavatsky, di rumah Tuan dan Nyonya Sinnett. Saya ingat dengan baik perasaan kegembiraan yang menyenangkan saat saya menerima undangan yang tak terlupakan itu.

Saya sebelumnya telah membaca ‘Isis Unveiled’ dengan keheranan dan kekaguman atas simpanan besar pengetahuan aneh yang terkandung dalam karya luar biasa itu, oleh karena itu saya siap untuk menghormati dengan perasaan sedikit takjub kepada seseorang yang tidak hanya telah mendirikan sebuah Serikat yang berjanji untuk membentuk inti dari Persaudaraan Kemanusiaan universal, tetapi yang juga dinyatakan sebagai utusan orang-orang yang telah melampaui rata-rata umat manusia dalam pencapaian mental dan spiritual, dan dengan demikian dapat, dalam arti sebenarnya, disebut Pionir Ras kita.

Penerimaan saya oleh nyonya rumah sangat ramah, dan saya langsung diperkenalkan dengan Madame Blavatsky. Ciri-cirinya adalah naluri dengan kekuatan, dan mengungkapkan sifat bangsawan bawaan yang lebih dari memenuhi antisipasi yang telah saya bentuk; tetapi yang paling menarik perhatianku adalah tatapan mantap dari mata abu-abunya yang indah, menusuk namun tenang dan tidak dapat ditebak: mereka bersinar dengan cahaya tenang yang tampaknya menembus dan menyingkap rahasia hati.

Dalam buku Reminiscences of H. P. Blavatsky and “The Secret Doctrine” tergambar bagaimana Kronologi pertemuan awal yang berlanjutan dengan hubungan persahabatan antara Constance Wachtmeister dan HPB. Semua itu terjadi dengan cukup menarik. Terutama karena kedua wanita ini berlatarbelakang keluarga bangsawan dan karena itu bergaul di lingkaran keluarga-keluarga bangsawan Eropa yang sama.

….dia memberi tahu saya bahwa dia akan makan malam di Paris dengan Duchesse de Pomar, dan bertanya apakah saya akan menemaninya. Karena Duchesse adalah teman lama saya sendiri yang selalu sangat ramah dan baik hati, saya merasa yakin dia tidak akan menganggap saya mengganggu, jadi tentu saja saya setuju.

Sore hari berlalu dengan menyenangkan dalam percakapan dengan banyak orang yang menarik dan mendengarkan ceramah animasi Madame Blavatsky. Dalam bahasa Prancis percakapannya jauh lebih lancar daripada dalam bahasa Inggris, dan di sini bahkan lebih daripada di London dia selalu menjadi pusat dari sekelompok pendengar yang bersemangat.

Dari beberapa kenalan atau teman yang sama di antara mereka, Madame Gebhard bisa dikatakan adalah “kunci” terjalinnya hubungan persahabatan yang erat antara keduanya.

Pada musim gugur tahun 1885 saya bersiap-siap untuk meninggalkan rumah saya di Swedia untuk menghabiskan musim dingin dengan beberapa teman di Italia, dan, kebetulan, dalam perjalanan untuk membayar janji kunjungan Madame Gebhard di kediamannya di Elberfeld.

Saya tiba di Elberfeld, di mana saya bertemu dengan sambutan hangat dan penuh kasih sayang dari Madame Gebhard.

Kehangatan hati dan persahabatan yang teguh dari wanita luar biasa ini selama bertahun-tahun menjadi sumber penghiburan dan dukungan bagi saya, seperti juga bagi Madame Blavatsky, dan kasih sayang serta kekaguman saya padanya meningkat saat saya menjadi lebih mengenal karakter yang benar dan mulia yang secara bertahap terungkap di hadapanku.

Ternyata, di tahun sebelumnya (1884), Madame Blavatsky dan sekelompok Teosofis telah menghabiskan sekitar delapan minggu di kediaman Madame Gebhard.

Madame Gebhard adalah anggota aktif Masyarakat Teosofi. Ia mendirikan loji pertama masyarakat teosofi pertama di Jerman “The Germania Theosophical Society.”

Madame Gebhard-lah yang menyarankan agar Constance Wachtmeister menemani HPB yang kesepian, tubuh yang sakit-sakitan dan pikiran yang tertekan. Satu-satunya pendampingnya adalah pelayannya dan seorang pria India yang menemaninya dari Bombay.

“Temui dia, dia butuh simpati, dan kamu bisa menghiburnya. Bagiku itu tidak mungkin, aku punya tugas, tapi kamu bisa berteman dengannya jika kamu mau.” kata Nyonya Gebhard,


Saya memikirkan masalah ini. Tentu saja mungkin bagi saya untuk memenuhi permintaan tersebut dengan risiko mengecewakan teman-teman saya di Italia, tetapi rencana mereka tidak akan berantakan, dan saya memutuskan panjang lebar bahwa jika HPB menginginkan saya temani, saya akan pergi kepadanya untuk waktu yang lama.

Nyonya Gebhard benar-benar senang ketika saya memberitahukan keputusan saya kepadanya dan menunjukkan kepadanya surat yang saya tulis untuk “Nyonya Tua” di Würzburg (HPB).

Surat itu dikirim, dan kami menunggu balasannya dengan penuh semangat. Ketika akhirnya jawaban surat hadir di atas meja sarapan, ada banyak kegembiraan sehubungan dengan isinya, tetapi antisipasi segera berubah menjadi ketakutan di pihak Madame Gebhard dan kekecewaan di pihak saya, ketika kami menemukan penolakan yang sopan di bawah segel.

Madame Blavatsky menyesal, tapi dia tidak punya tempat untukku; selain itu, dia begitu sibuk menulis buku “The Secret Doctrine” nya sehingga dia tidak punya waktu untuk menjamu pengunjung, tetapi berharap kami dapat bertemu sekembalinya saya dari Italia.

Nada suaranya cukup sopan, dan bahkan ramah, tetapi niatnya tampaknya untuk menyampaikan kepada saya dengan jelas bahwa saya tidak diinginkan.

Wajah Madame Gebhard muram saat aku membaca surat itu keras-keras. Baginya, jelas, itu tidak bisa dimengerti. Setelah kekecewaan itu, saya mengarahkan tujuan saya ke selatan (ke Itali).

Bagasi saya segera siap, dan sebuah taksi benar-benar menunggu saya di pintu ketika sebuah telegram diberikan ke tangan saya yang berisi kata-kata ini: “Datanglah ke Würzburg segera, ingin segera.-Blavatsky.”

Pesan ini mengejutkan saya, dan dengan takjub saya menoleh ke Madame Gebhard untuk meminta penjelasan. Tapi dia terus terang senang dan berseri-seri. Rupanya semua pikirannya, semua simpatinya, ada pada “Nyonya Tua” -nya.

“Oh, dia memang menginginkanmu, bagaimanapun juga,” serunya. “Pergi padanya, pergi.”

Demikianlah bagaimana Constance Wachtmeister memulai proses dirinya menjadi “malaikat pelindung” Madame Blavatsky.

Wachtmeister menyatakan bahwa dia menghabiskan beberapa bulan bersama Blavatsky. “Saya telah berbagi kamar dengannya dan bersamanya pagi, siang dan malam. Saya memiliki akses ke semua kotak dan lacinya, telah membaca surat-surat yang dia terima dan yang dia tulis.”

Dalam buku Reminiscences of H. P. Blavatsky and “The Secret Doctrine” Wachtmeister mengatakan selama masa itu HPB menyebut Wachtmeister dengan panggilan ‘Chela’, yang artinya “Murid”.

Chela (devanāgarī: चेल cela ) adalah kata Sansekerta yang secara harfiah berarti “pelayan” atau “budak”. Dalam agama Hindu, istilah ini digunakan untuk menyebut siswa atau murid agama dari seorang guru atau guru spiritual. Dalam Teosofi istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada seseorang yang telah menjadi murid dari salah satu Guru Kebijaksanaan, dengan demikian calon untuk inisiasi ke dalam Filsafat Esoterik.

Lukisan “Master and chela in Mountains and Clouds,” karya Nicholas Roerich

Sebagai ‘Chela’ dari Madame Blavatsky, Constance Wachtmeister terbukti sangat setia.

Pada tahun 1891, Henry S. Olcott (Presiden Theosophical Society) membentuk Liga Pekerja Teosofis dan Wachtmeister menjadi Presiden pertamanya; akhir tahun itu, setelah kematian Blavatsky, Wachtmeister pergi ke Adyar di mana Olcott mengangkatnya sebagai Presiden Liga Pendidikan Wanita yang dibentuk untuk memajukan pendidikan wanita India.

Yang menarik, dan ini membuktikan kesetian Constance Wachtmeister kepada HPB, ketika Olcott membuat buku harian yang mencakup tahun-tahun sejak pertemuan pertamanya dengan Blavatsky di Amerika (1874), ia mendekati Wachtmeister untuk memintanya mengatur penerbitannya. Wachtmeister menolak untuk melakukannya kecuali Olcott menghapus bagian tertentu yang dia anggap menghina Blavatsky. Olcott tidak setuju dan buku harian itu akhirnya diterbitkan oleh G. Putnam Son’s, London, pada tahun 1895 dengan judul  Buku Harian Tua Daun.

Selain sebagai ‘Chela’ Madame Blavatsky, Constance Wachtmeister juga berpesan sebagai sekretaris dan bendahara Blavatsky Lodge di London. Ia juga adalah pendiri, manajer, dan penulis Theosophical Publication Society of London, 1891–1899 (perusahaan penerbitan buku-buku teosofi). 

Ia mengajar dan mengorganisir cabang-cabang Theosophical Society di seluruh dunia, 1894–1910. Pada tahun 1897 ia bertemu Annie Besant di New York, mereka kemudian melakukan perjalanan bersama dalam tur panjang yang mencakup kuliah teosofi di 70 kota. Setelah cukup lama berada di Amerika, Wachtmeister melanjutkan tur ceramah ekstensif ke Prancis, India dan Australia yang menghasilkan pembentukan banyak loji baru.

Wachtmeister menulis kisah penting tentang hubungannya dengan Blavatsky yang diterbitkan dengan judul  Reminiscences of HP Blavatsky  and “The Secret Doctrine”. Buku ini dianggap sebagai sumber sangat penting untuk studi tentang kepribadian Madame Blavatsky.

 Countess Constance Wachtmeister meninggal 23 September 1910 di Los Angeles.

Nama Constance Wachtmeister adalah “Verifikasi Autentik” terkait Madame Blavatsky dan Teosofi-nya

Ini adalah aspek yang sebenarnya sangat penting, yang saya lihat tidak pernah mendapat perhatian orang-orang, bahkan dari kalangan teosofi sekali pun.

Secara intuitif saya melihat bahwa nama ‘Constance Wachtmeister’ – dan makna yang dikandungnya – yang sangat selaras dengan jalan hidup Madame Constance Wachtmeister, pada dasarnya membuktikan bahwa kehadiran HPB sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam bidang esoterisme di era modern – dengan segala pro-kontra yang muncul di seputar dirinya – memang merupakan skenario dari Sang Pencipta.

Jika “pelayan”nya saja (dalam hal ini Madame Constance Wachtmeister) mengisyaratkan gambaran takdir dari Sang Pencipta yang nyata dan sulit dibantah (karena tidak ada cela di mana nama itu dapat kita vonis sebagai nama yang direkayasa kemunculannya) maka, dapat dibayangkan jika Madame Blavatsky tentu lebih spesial lagi.

Dalam pandangan saya, menggunakan logika sederhana, seseorang (seperti HPB) yang menjadi terkenal dan menjadi tokoh terkemuka, dikenang hingga ratusan tahun kemudian, tentulah orang yang istimewa. Tuhan tidak akan membuat takdir orang itu menjadi demikian jika tidak ada peran besar dalam kehidupan umat manusia yang diembankan kepadanya.

Bahwa kemudian ada pihak-pihak yang mengejek HPB mempromosikan pseudosains, jangankan HPB, para nabi-nabi yang merupakan manusia istimewa pun kita ketahui tidak luput dari ejekan sekelompok orang yang membenci. Jadi ya, fenomena pro-kontra semacam ini tidak bisa dijadikan alasan untuk mendiskreditkan seseorang. Nobody’s Perfect, guys!

Bersambung ke bagian 3:

Teosofi Society, Kebangkitan Esoterisme di Era Modern (bagian 3: Kehadiran Teosofi di Indonesia dan jejak pengaruhnya)



One Comment on “Teosofi Society, Kebangkitan Esoterisme di Era Modern (bagian 2: “Penjaga Master”)”

Comments are closed.