Jejak 3 Putra dan 16 Cucu Nabi Nuh (Bagian 2)

Reading Time: 8 minutes

Javan Putra Yafet

Javan adalah putra keempat Yafet. Javan adalah putra keempat Yafet. Nama cucu nabi Nuh ini dalam Alkitab digunakan sebagai istilah yang dianggap mengacu pada Yunani. Oleh karena itu,  banyak kalangan yang percaya bahwa Javan adalah bapak leluhur bangsa Yunani, terutama bangsa Ionia, salah satu bangsa Yunani pertama.

Javan disebut memiliki empat orang putra, yaitu; Elisa, Tarsis, Kittim , dan Dodanim (Kejadian 10:4).

Tarsis Putra Javan

Dari keempat orang putra Javan, nama Tarsis (Tarshish) bisa dikatakan yang “paling populer” banyak disebut dalam Alkitab. Namanya dikaitkan dengan nama bangsa Tarsis – yaitu bangsa yang di dalam Alkitab digambarkan sebagai sumber kekayaan terbesar Raja Sulaiman dalam hal logam – terutama perak, emas, timah, dan besi (Yehezkiel 27).

Tarsis juga digambarkan memiliki kapal dagang yang besar. Kitab 1 Raja-raja ( 1 Raja-raja 10:22), mencatat bahwa Raja Sulaiman memiliki “armada kapal Tarsis” di laut dengan armada sekutunya Raja Hiram dari Tirus. Dan bahwa “Setiap tiga tahun sekali armada kapal Tarsis datang membawa emas, perak, gading, kera, dan burung merak.”



Sementara dalam 1 Raja-raja 22:48 dinyatakan bahwa “Yehosyafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir untuk mendapatkan emas, tetapi mereka tidak pergi, karena kapal-kapal itu karam di Ezion-geber.

Para komentator Alkitab menganggap bahwa “Kapal Tarsis” digunakan untuk menyebut kapal dagang besar yang ditujukan untuk perjalanan jauh ke mana pun tujuannya, dan beberapa terjemahan Alkitab, termasuk NIV (New International Version), memaknai kapal Tarsis sebagai “kapal dagang”.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Penentuan letak negeri bangsa Tarsis hingga hari ini masih kontroversi. Flavius ​​Josephus sejarawan Yahudi abad ke-1 M mengidentifikasinya sebagai kota Tarsus di selatan Asia Kecil (Turki).

Catatan Asyur dari masa pemerintahan Esarhadon (681–669 SM), berbunyi: “Semua raja dari tanah yang dikelilingi oleh laut – dari negara Iadanana dan Iaman, sejauh Tarsisi (Tarsis) – bersujud di kakiku.” Di sini, Tarsis jelas merupakan pulau besar, dan tidak bisa disamakan dengan Tarsus (Thompson dan Skaggs 2013).

Keberadaan Tarsis di Mediterania barat, bersama dengan kehadiran bangsa laut Fenisia di Mediterania barat sebelum sekitar 800 SM, telah dipertanyakan oleh beberapa sarjana di zaman modern, karena tidak ada bukti langsung. Kurangnya bukti kekayaan yang ditemukan di Israel dan Fenisia (wilayah Lebanon hari ini) selama pemerintahan Raja Sulaiman dan Hiram, mendorong beberapa sarjana untuk berpendapat bahwa periode arkeologi di prasejarah Mediterania antara 1200 dan 800 SM adalah ‘Zaman Kegelapan’.

Iaman = Yaman

Yang luput dari penelitian para ahli selama ini adalah identifikasi nama “Iaman” dalam catatan Kekaisaran Asyur dari masa pemerintahan Esarhadon (681–669 SM) – sebagai bentuk yang identik dengan Yaman. Pembacaan ‘Ia’ di depan Ia-man jelas memiliki bunyi fonetis ‘y’ di situ.

Yaman yang saya maksud di sini, bukan Yaman yang sekarang merupakan nama negara di selatan jazirah Arab, tapi bangsa Yaman yang menjadikan Dewa Yama sebagai pelindungnya.



Dalam konsep kuno Lokapala, yaitu tentang dewa-dewa penjaga arah mata angin dalam tradisi Hindu, disebutkan bahwa, Selatan adalah wilayah kekuasaan dewa Yama. Inilah alasan kenapa etimologi nama ‘Yaman’ (di Arab Selatan) berasal dari bentuk “YMNT,” yang berarti “Selatan” .

Yaman juga bisa berarti “Bangsa Yama”. Keberadaan huruf n di akhir kata “yaman” dapat diduga membentuk makna “orang-orang” atau “bangsa”. Ini persis sama dengan yang kita jumpai pada kata “Indian” (bangsa India), ataupun “Indonesian” (bangsa Indonesia). Jadi, “Yaman” selain bermakna “selatan,” juga bermakna: orang-orang Yama atau Bangsa Yama – yang berasal dari selatan.

Lalu apa hubungannya Iaman (Yaman) dengan Tarsis?

Dalam catatatan kuno Asyur yang telah saya kutip di atas, ada kalimat “Iaman, sejauh Tarsisi (Tarsis)” yang bermakna menyatakan bahwa negeri Iaman berdekatan Tarsis – dan kalimat awalnya… “Semua raja dari tanah yang dikelilingi oleh laut…” menguatkan, jika kedua negeri memang berada dalam satu kawasan. Perhatikan frase “tanah yang dikelilingi laut” yang jelas merujuk pada makna “pulau.” [Apakah ini merujuk pada kepulauan di Nusantara? cermati uraian berikut ini…]

Setelah mengidentifikasi ‘Iaman’ yang disebut dalam catatan Asyur sebagai Bangsa Yaman (yang menjadikan Dewa Yama sebagai pelindung), yang perlu dicermati lebih jauh adalah kenyataan bahwa dewa pelindung bangsa Phonecia yaitu Dewa Melqart, adalah sebutan lain untuk Dewa Yama. Kedua tokoh mitologi ini (Yama dan Melqart), dalam legendanya masing-masing, disebut sebagai Raja atau penguasa dunia bawah (wilayah selatan).

Frase “tanah yang dikelilingi laut” yang dialamatkan pada negeri Iaman (Yaman) kenyataannya memiliki korelasi dengan makna yang dikandung nama Melqart jika kita cermati menurut abjad Fenesia.

Nama Melqart dalam abjad bahasa Fenisia ditulis MLK QRT, yang berarti “Raja Kota”. dengan pengertian demikian, dapat diduga jika bentuk QRT merujuk pada kata “Qarta” yang memang berarti “kota”.

Adapun MLK, kemungkinan merujuk pada kata “malaka” atau Molokh ( juga ditulis sebagai Moloch, Molech, Molekh, Molok, Molek, Molock, atau Moloc) yang juga memang berarti “raja”.

penulisan MLK QRT dalam abjad Fenesia. Untuk diketahui, aksara Fenesia ditulis dari arah kanan seperti penulisan Arab. (Dokumen pribadi)
penulisan MLK QRT dalam abjad Fenesia. Untuk diketahui, aksara Fenesia ditulis dari arah kanan seperti penulisan Arab. (Dokumen pribadi)

Dari etimologi nama Melqart menurut abjad Fenesia ini, kita mendapatkan sebutan ‘Qarta’ atau ‘Karta’ yang berarti “kota” – yang kenyataannya pada hari ini nyaris tidak kita temukan digunakan dalam bahasa mana pun di dunia ini.



Etymologi Kartago (Carthage) diidentifikasi berasal dari bahasa Fenesia ‎ (qrt-ḥdšt) yang berarti “kota baru”. Jadi, sejauh ini, ahli bahasa dunia mendapatkan kata ‘karta’ yang bermakna “kota” hanya pada bahasa kuno bangsa Fenesia, dan tentu saja, dalam bahasa di Nusantara – yang sampai hari ini dapat kita temukan banyak digunakan sebagai toponim (nama wilayah), seperti Ja-karta, Yogya-karta, Purwa-karta, karta-sura, dan masih banyak lagi.

Bisa dikatakan, pulau Jawa menjadi tempat di muka bumi ini di mana kata ‘karta’ untuk sebutan kota, paling banyak digunakan. Inilah jejak eksistensi MELQART atau “MALAKA QARTA” di Nusantara.

Sementara itu bentuk “malaka” dapat kita temukan pada nama selat malaka dan juga pulau Maluku.

Jadi apakah dengan fakta ini kita bisa menyimpulkan bahwa Iaman (yaman) dan Tarsis sebenarnya berada di Nusantara?

Sebelum memasuki kesimpulan ini, saya ingin menginformasikan kepada pembaca mengenai Bangsa Tirus yang disebut dalam Alkitab Yehezkiel 27, yang oleh para ahli diidentifikasi sebagai bangsa Fenisia.

Dalam Yehezkiel 27 ayat 12 dan 25 terungkap bahwa Tarsis selain berdagang dengan bangsa Fenisia, kapal-kapal mereka juga melayani ekspedisi barang-barang dagangan bangsa Fenisia.