Kesamaan Sosok Shiloh (Alkitab Ibrani) Dengan Maitreya (Tradisi Buddha)

Reading Time: 8 minutes

Shiloh/ Shilo/ Siloh/ atau Silo adalah sosok yang disebutkan dalam Alkitab Ibrani (Kejadian 49: 10).

Beberapa versi Alkitab mempertahankan penulisan kata ‘Shiloh’, dalam artian tidak diberi penafsiran, Seperti pada Alkitab Versi King James: Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda, Atau pemberi hukum dari antara kakinya, Sampai Shiloh datang; Dan kepada-Nya lah ketaatan manusia (Kejadian 49:10).

Sementara itu beberapa versi lainnya, mengganti kata ‘Shiloh’ dengan frase “Dia yang berhak”. misalnya pada versi Terjemahan Baru: Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda, ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa (Kejadian 49:10).

Banyak orang melihat ayat ini sebagai nubuatan Mesianik. Dalam artian, nama ‘Shiloh’ dikaitkan dengan Mesiah, sosok penyelamat dan pembebas dalam eskatologi Yahudi.

Dalam eskatologi Yahudi, istilah mashiach, atau “Mesiah”, merujuk secara khusus kepada raja Yahudi masa depan dari garis keturunan Daud, yang diharapkan hadir menyelamatkan bangsa Yahudi. Ia biasa disebut “Raja Mesias”, yang dalam bahasa Ibrani “melekh mashiach”, dan dalam bahasa Aram “malka meshiḥa”. Dalam arti umum, mesias bermakna: penyelamat atau penebus yang akan muncul pada akhir zaman dan mengantar kerajaan Allah, pemulihan ke arah keadaan ideal dunia.

Meninjau Sebutan ‘Shiloh’ Menurut Perspektif Mesianik

Karena literatur yang ada cenderung mengarahkan sosok Shiloh yang disebut dalam Kejadian 49: 10 sebagai sosok Mesianik, maka, salah satu cara menggali lebih jauh untuk mengetahui siapa sosok yang dimaksud, adalah dengan mengkomparasinya dengan sosok mesianik yang terdapat dalam literatur tradisi lain.

Dalam metode komparasi semacam ini, biasanya akan kita temukan fakta bahwa; dua nama berbeda, dari tradisi yang juga berbeda, pada kenyataannya memiliki makna yang sama. Fakta ini, mau tidak mau mesti kita pandang sebagai kenyataan bahwa bisa jadi dua nama yang berbeda itu merujuk pada satu sosok atau orang yang sama.



Dalam tradisi Budhis, kita mengenal sosok Maitreya “Sang Buddha Masa Depan” sebagai tokoh mesianik. Nama Maitreya sendiri berasal dari kata Sansekerta ‘maitri’ yang pada gilirannya berasal dari kata ‘mitra’ yang berarti: teman.

Yang menarik, dalam bahasa Bugis dan beberapa bahasa daerah di Sulawesi Selatan terdapat kata ‘Shiloh’ atau ‘Silo’ yang berarti: Teman. (pembaca silakan tanya sama temannya yang bisa berbahasa Bugis untuk mengecek hal ini)

Jadi, dari komparasi ini kita temukan fakta bahwa sebutan ‘Shiloh’ dalam tradisi Ibrani dan ‘Maitreya’ dalam tradisi Buddhis sama-sama berarti “teman”.

Pembaca mungkin bertanya-tanya, kok bisa bahasa Bugis digunakan untuk menafsir makna ‘Shiloh’ yang disebut dalam Kejadian 49: 10?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, melihat jauh ke belakang menelusuri jejak 10 suku Israel yang hilang, adalah satu-satunya jalan.

Menelusuri 10 Suku Israel yang Hilang

Kita ketahui dari literatur yang ada bahwa sepuluh (dari duabelas) Suku Israel yang berasal dari Kerajaan Israel Utara, tidak diketahui keberadaannya lagi setelah penaklukan Kekaisaran Neo-Asyur sekitar tahun 721-722 SM.

Kesepuluh suku tersebut adalah: suku Ruben, Simeon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Manasye, dan Efraim.

Dari literatur sejarah kita ketahui, setelah perang saudara di masa pemerintahan Rehabeam (Rehoboam), Cucu Daud, 10 suku melepaskan diri dari kerajaan utama dan membuat kerajaan sendiri yaitu kerajaan Israel Utara.



One Comment on “Kesamaan Sosok Shiloh (Alkitab Ibrani) Dengan Maitreya (Tradisi Buddha)”

  1. Jadi jelasnya selain dari Suku-suku yg ter- lndikasi mengandung Bekas DNA yahudi, mereka adalah Suku-suku yg pecah dari anak bambu dan batu

Comments are closed.