Fenomena Gerak Semu Tahunan Matahari dan Kaitannya Dengan Momentum “9 / 8 / 21” yang Diisyaratkan Prabu Jayabaya Dalam Bentuk Anagram 8291

Reading Time: 9 minutes

Gerak semu tahunan matahari adalah pergerakan semu matahari yang seolah-olah bergerak dari selatan ke utara dan kembali ke selatan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena Bumi mengelilingi matahari (revolusi) dengan poros yang miring – sehingga yang condong ke matahari kadang kutub utara dan kadang kutub selatan Bumi. (sumber: wikipedia)

Adapun kemiringan poros bumi dari garis tegak lurus ekliptika yaitu sekitar 23,4 – 23,5 derajat. (lihat gambar)

Kemiringan poros bumi sekitar 23,4 derajat dari garis tegak lurus ekliptika (sumber: wikipedia.org)





Fenomena kemiringan poros bumi ini menyebabkan matahari tidak terbit dan terbenam di posisi yang sama sepanjang tahun.

Dalam setahun, perubahan posisi terbit Matahari terdiri dari empat periode, yaitu:

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

  1. Periode 21 Maret – 21 Juni, yaitu dari posisi 0 derajat menuju posisi 23,5 derajat LU (posisi paling Utara)
  2. Periode 21 Juni – 23 September, yaitu dari posisi 23,5 LU menuju posisi 0 derajat (garis katulistiwa)
  3. Periode 23 September – 22 Desember, yaitu dari posisi 0 derajat menuju 23,5 derajat LS (posisi paling selatan)
  4. Periode 22 Desember – 21 Maret, yaitu dari posisi 23,5 derajat LS menuju posisi 0 derajat (garis katulistiwa)

Jika kita perhatikan, perpindahan posisi terjauh matahari dari garis katulistiwa, baik itu ke arah utara ataupun ke arah selatan, adalah senilai 23,5 derajat yang berarti sama dengan nilai penyimpangan poros bumi terhadap garis tegak lurus ekliptika.



Gerak semu Matahari (sumber gambar: http://www.harapanrakyat.com)

Lalu di mana hubungannya dengan angka 8291 yang disebut dalam Jangka Jayabaya?

Jika kita hitung, jumlah hari dari tanggal 21 Juni hingga 23 September adalah 95 hari. Jika 95 hari itu kita bagi dua, hasilnya 47,5 hari (agar lebih mudah, kita bulatkan saja menjadi 48 hari)

Jika kita hitung, 48 hari dari tanggal 21 Juni – tepat menuju ke 8 Agustus 2021 (kalau tetap ingin menggunakan hasil 47,5 hari berarti di antara tanggal 7 dan 8 agustus).



Ini berarti kurang 1 atau 2 hari saja dari tanggal 9 Agustus 2021 yang diisyaratkan Prabu Jayabaya. Tentu saja dalam hal ini, Prabu Jayabaya sama sekali tidak keliru. Karena beliau dengan jelas menggunakan kata “selambat-lambatnya” …

Berikut Ini kalimat selengkapnya dalam wangsit Jayabaya bait 159:

selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun / sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu bakal ana dewa ngejawantah / apengawak manungsa / apasurya padha bethara Kresna / awatak Baladewa / agegaman trisula wedha / jinejer wolak-waliking zaman / wong nyilih mbalekake / wong utang mbayar / utang nyawa bayar nyawa / utang wirang nyaur wirang 

Artinya: selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun / (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) / akan ada dewa tampil / berbadan manusia / berparas seperti Batara Kresna / berwatak seperti Baladewa / bersenjata trisula wedha / tanda datangnya perubahan zaman / orang pinjam mengembalikan / orang berhutang membayar / hutang nyawa bayar nyawa / hutang malu dibayar malu)



Bunyi sengkalan “sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu” jika ditafsirkan hasilnya:  

  • sinungkalan dewa wolu (8),
  • ngasta (2),
  • manggalaning (9),
  • ratu (1)

Sengkalan atau sengkala (dari kata dasar ‘kala’ yg berarti waktu) bisa dikatakan metode penyandian angka yg disajikan dalam bentuk kalimat. Metode ini akrab kita temukan dalam tradisi Jawa. Juga Ada banyak prasasti menggunakan metode ini.



Kalimat “menjelang tutup tahun” juga merupakan kalimat kunci untuk mengarahkan asumsi bahwa angka 8291 memang merupakan bentuk anagram untuk momentum tanggal 9/8/21 (9 Agustus 2021).

Karena satu hari kemudian, yaitu 10 Agustus 2021 , bertepatan dengan 1 Muharram tahun baru 1443 Hijriyah (kalender Islam) – dan atau 1 Suro dalam kalender Jawa. Jadi, 9 Agustus 2021 adalah hari terakhir di tahun 1442 Hijriyah.

(sumber gambarb-uncut.net telah diedit sesuai kebutuhan)

Demikianlah, pengamatan yang lebih mendalam pada fenomena gerak semu tahunan matahari, mengantar kita pada kenyataan bahwa momentum 7-8 Agustus 2021 yang berada tepat di tengah-tengah periode 21 Juni – 23 September, memiliki korelasi yang kuat dengan momentum kemunculan “Dewa berbadan Manusia” yang diisyaratkan Prabu Jayabaya dalam wangsitnya.



Sampai di sini, mungkin ada pembaca yang berpikir: kok gerak semu tahunan matahari di periode 21 juni hingga 23 September mesti dibagi dua? apa hal penting di bagian tengah periode tersebut?

Di bagian awal, telah saya sampaikan bahwa periode 21 juni – 23 September adalah posisi terbit terjauh matahari dari katulistiwa, yaitu 23,5 derajat LU dari garis katulistiwa.

angka 23,5 derajat ini jika kita bagi dua hasilnya: 11,75 derajat

Lalu apa hal spesial di balik angka 11,75? nah ini yang menarik…

Angka 11,75 jika dikali 1000 hasilnya: 11.750. Ini hampir sama dengan jumlah 11.760 tahun yang, di bagian akhir artikel “Rahasia Angka 168 dan Akhir Zaman, telah saya jelaskan sebagai “kemungkinan” jumlah total tahun kehidupan umat manusia di dunia. Terhitung sejak Adam dihadirkan ke dunia hingga hari kiamat nanti.



Mungkin pernyataan ini membuat anda berpikir “saya ngaco banget”. Tapi sabar dulu. Saya ada penjelasan yang sangat rinci mengenai hal tersebut.

Jumlah tahun 11.760 itu saya dapatkan melalui hitungan perbandingan waktu di akhirat dan waktu di dunia



3 Comments on “Fenomena Gerak Semu Tahunan Matahari dan Kaitannya Dengan Momentum “9 / 8 / 21” yang Diisyaratkan Prabu Jayabaya Dalam Bentuk Anagram 8291”

  1. Bulan Agustus adalah momen kemunculan sosok yang dinanti. “Dewa berbadan manusia” menurut ungkapan Prabu Jayabaya. Secara spesifik saya belum bisa menyebutkan keadaan apa yang akan ia timbulkan di awal-awal kemunculannya di bulan Agustus. Tetapi, jika merujuk pada ungkapan prabu Jayabaya, bisa dikatakan kemunculan dirinya adalah titik balik dari kesengsaraan berlarut-larut. Hukum akan ia tegakkan dan kezaliman akan ia hilangkan dari muka bumi.

    cuma memang sepertinya akan ada guncangan sosial politik. Ini jika merujuk pada kalimat dalam bait 159: ….tanda datangnya perubahan zaman / orang pinjam mengembalikan / orang berhutang membayar / hutang nyawa bayar nyawa / hutang malu dibayar malu.

    kalimat di bait 159 “berwatak seperti Baladewa / bersenjata trisula wedha /” juga mesti mendapat perhatian karena ada pula kalimat senada di bait lain yaitu di 164 berbunyi “membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda”

    Trisula weda merupakan ungkapan perpaduan 3 hal yang menjadi landasan prinsip yaitu “benar, tegak lurus, dan jujur. Jika ketiga sifat ini diimplementasi dan diarahkan sebagai pedoman orang banyak (manusia Jawa) – oleh seseorang yang berwatak baladewa, maka dapat dibayangkan akan ada kegemparan. Banyak yang akan menjadi pesakitan.

    Karena kita ketahui, pihak-pihak yg melakukan kezaliman pada hari ini, umumnya orang2 yg berwatak bebal dan sangat egosi mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Mereka2 ini akan berhadapan dgn seseorang yang berwatak baladewa, yang dalam pewayangan digambarkan sebagai sosok yang berwatak tegas, keras hati, mudah naik darah tetapi pemaaf dan arif bijaksana.

    Sosok yang tidak mengenal kompromi. Tidak akan menerima tawaran “jalan tengah” kepada pihak2 yg berseberangan prinsip dengan dirinya. Ini didukung kemampuan dirinya yang oleh Prabu Jayabaya disebut “ora bisa diapusi marga bisa maca ati” (tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati). Jadi intrik politik tidak akan mempan dengan dirinya.

    Yang menarik, dalam menjalankan misinya menegakkan keadilan dan menghilangkan kezaliman, Ia dianugerahi kemampuan yang luar biasa. Prabu Jayabaya mengistilahkan “warisannya Gatotkaca sejuta” (bait 165). menguasai seluruh ajaran (ngelmu) / mengerahkan jin dan setan / seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya (bait 164).

    Saya membayangkan bahwa kehadirannya seperti parasurama yang sangat banyak membantai raja yang lalim di muka bumi.

    Dalam kisahnya, ketika ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum kesatria yang gemar berperang satu sama lain. Parasurama pun bangkit menumpas mereka, yang seharusnya berperan sebagai pelindung kaum lemah. Konon Parasurama bertekad menumpas habis seluruh kesatria dari muka bumi. Ia bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali.

    Sebagai sesama Avatar, “Sosok yang dinanti” juga diberi otoritas langit untuk melakukan pembantaian seperti yang dilakukan oleh Parasurama. Momen kehadirannya, adalah momen di mana Tuhan ingin menegakkan hukum langit di muka bumi sebelum mengakhiri kehidupan dunia. Dia akan menjadi demonstrasi terakhir dan bukti keinginan belas kasih Tuhan untuk mengenalkan manusia jalan hidup yang benar.

    Jadi jika saya ditanya, apa yg terjadi dengan keadaan kita di momen Agustus nanti? saya bisa beri gambaran bahwa beberapa waktu setelah momen Agustus (momen kemunculan) adalah saat-saat di mana dunia akan banyak menyaksikan guncangan yang akan menghadirkan perubahan2 fundamental di bidang sosial politik dan ekonomi, baik di Nusantara maupun dunia.

    Demikian kira-kira mas… salam.

  2. Terus tinggal brp tahun lagi waktu dunia ini kang jika menurut perhitungan waktu dunia & waktu akhirat trsebut?

Comments are closed.