Hal yang tak terduga muncul dalam pernyataan Macron setelah kunjungannya ke Cina. Awalnya, Macron diharap dapat menyampaikan pesan dan membujuk Xi Jinping agar lebih berperan dalam menyelesaikan konflik di Ukraina, mengingat kedekatan hubungan Cina dan Rusia.
Namun, setelah pertemuan tingkat tinggi dengan Xi, dalam sebuah wawancara dengan media Prancis, LES ECHOS, Macron menyampaikan pandangannya yang tampak dalam pandangan banyak kalangan (terutama netizen di Twitter) sebagai pandangan Macron yang “tercerahkan”.
Dalam wawancara tersebut Macron mengutarakan pandangannya bahwa sudah saatnya Eropa membangun “otonomi strategis” untuk mencegah negara-negara Eropa menjadi “pengikut” ketika Eropa bisa menjadi “kutub ketiga” di antara pengaruh Amerika Serikat dan China. “Kita tidak ingin masuk ke dalam logika blok-ke-blok” tegas Macron.
Dalam wawancaranya dengan POLITICO di pesawat saat kembali dari China, Marcon mengatakan “risiko besar” yang dihadapi Eropa adalah “terjebak dalam krisis yang bukan milik kami, yang mencegahnya membangun otonomi strategisnya.”
“Paradoksnya adalah, diliputi kepanikan, kita yakin kita hanyalah pengikut Amerika,” kata Macron dalam wawancara tersebut. “Pertanyaan yang perlu dijawab oleh orang Eropa… apakah kepentingan kita untuk mempercepat [krisis] di Taiwan? Tidak ada.
Hal yang lebih buruk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut topik ini dan mengambil petunjuk dari agenda AS dan reaksi berlebihan China,” katanya.
“Orang Eropa tidak dapat menyelesaikan krisis di Ukraina; bagaimana kita bisa dengan kredibel berbicara tentang hal itu dalam krisis Taiwan,” katanya.
Macron juga berpendapat bahwa Eropa telah meningkatkan ketergantungannya pada AS untuk senjata dan energi dan sekarang harus fokus pada peningkatan industri pertahanan Eropa.
Dia juga menyarankan Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada “ekstrateritorialitas dolar AS,” yang merupakan tujuan utama kebijakan Moskow dan Beijing.
Macron memicu Kontroversi
Dalam postingan media sosial yang terhubung dengan wawancara Politico, senator partai Republik AS Marco Rubio mengatakan jika Macron berbicara untuk seluruh Eropa, maka AS harus mempertimbangkan untuk memfokuskan kebijakan luar negerinya untuk menahan China, dan meninggalkan negara di Eropa untuk menangani perang di Ukraina.
The Wall Street Journal mengatakan dalam tajuk editorial bahwa “komentar tidak membantu” presiden Prancis itu akan merusak pencegahan AS dan Jepang terhadap China di Pasifik barat, sekaligus mendorong politisi AS yang ingin mengurangi komitmen Amerika di Eropa. “Jika Presiden Biden bangun, dia harus menelepon Tuan Macron dan menanyakan apakah dia mencoba untuk memilih kembali Donald Trump,” tulis surat kabar itu.
Salah seorang anggota parlemen eropa (Member of the European Parliament) menekankan bahwa pemimpin Prancis tidak berbicara untuk UE. “Macron berkata, ‘Eropa harus’ dan ‘kami orang Eropa’, tetapi dia berbicara untuk Prancis, dia tidak dapat benar-benar berbicara untuk Eropa.
Dukungan terhadap Macron datang dari Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, yang mengatakan bahwa Uni Eropa tidak bisa ‘secara membabi buta, secara sistematis mengikuti’ Washington.
Para pemimpin Eropa menjadi semakin mendukung dorongan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk “otonomi strategis” dari Amerika Serikat, kata bos Dewan Eropa Charles Michel, Selasa 11 April 2023.
Ketika kontroversi meningkat seputar komentar Macron bahwa Eropa harus menolak tekanan untuk menjadi “pengikut Amerika”, Michel menyarankan agar posisi politisi Prancis itu tidak terisolasi di antara para pemimpin UE. Sementara Macron berbicara sebagai presiden Prancis, pandangannya mencerminkan perubahan yang berkembang di antara para pemimpin UE, kata Michel.
“Telah terjadi lompatan maju dalam otonomi strategis dibandingkan dengan beberapa tahun lalu,” kata Michel kepada acara televisi Prancis La Faute à l’Europe.
“Mengenai masalah hubungan dengan Amerika Serikat, jelas bahwa mungkin ada nuansa dan hal sensitif di sekitar meja Dewan Eropa. Beberapa pemimpin Eropa tidak akan mengatakan hal yang sama seperti yang dilakukan Emmanuel Macron… Saya pikir, cukup beberapa saja yang benar-benar berpikir seperti Emmanuel Macron.”
Tanggapan Gedung Putih
Pada Senin, 10 April, Gedung Putih mengatakan bahwa AS tetap “percaya diri” dalam hubungan AS-Prancis setelah Presiden Emmanuel Macron menjauhkan diri dari kebijakan AS di Taiwan dan memperingatkan orang Eropa untuk tidak menjadi “pengikut” Amerika.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintahan Biden tetap “nyaman dan percaya diri dalam hubungan bilateral yang hebat yang kita miliki dengan Prancis.” Kirby mengutip hubungan pribadi Presiden Joe Biden dengan Macron dan mengatakan kedua negara “bekerja sama dalam banyak masalah berbeda”, termasuk operasi angkatan laut di Asia-Pasifik. Washington dan Paris adalah mitra dalam “upaya bersama kita semua dalam aliansi yang luas ini, jaringan aliansi dan kemitraan ini,” kata Kirby.