Di kapel berpanel kayu universitas katolik Leuven di Belgia, seorang pendeta menyalakan lilin dan berlutut di depan patung kristus. Namanya Georges Lemaître. Saat itu tahun 1927.
Setelah beberapa saat berlutut, ia mengangkat wajahnya. Pandangan matanya lalu mengembara menembus jendela yang menjulang tinggi di dinding kapel, terpaku menatap ke bintang-bintang yang berkelap-kelip di atas langit malam. Dia tersenyum membayangkan urutan peristiwa yang membawa cahaya bintang itu ke langit Belgia.
Meski pun bukanlah hal yang begitu mendasar diajarkan dalam doktrin Katolik, Lemaître dapat sampai pada pemahaman tentang bagaimana alam semesta ini dimulai. Wawasan Georges Lemaître memang luar biasa. Dia adalah nominator dua hadiah nobel.
Lemaître adalah kosmolog teoretis pertama yang pernah dinominasikan pada tahun 1954 untuk Hadiah Nobel Fisika atas prediksinya tentang alam semesta yang mengembang. Dia juga dinominasikan untuk Hadiah Nobel Kimia 1956 untuk teori atom primordial (lebih dikenal sebagai teori Big Bang)
Dia terpesona oleh fisika dan mempelajari hukum gravitasi Einstein, yang diterbitkan pada tahun 1915. Dia menyimpulkan bahwa jika teori Einstein benar (dan telah ada bukti kuat untuk itu sejak 1919), itu berarti alam semesta pasti mengembang.
Pada tahun 1927, tahun di mana ia mendapatkan gelar PhD dari MIT, Lemaître mengajukan teori “alam semesta mengembang” ini, di mana ia menyatakan bahwa alam semesta yang mengembang adalah sama ke segala arah – hukum yang sama diterapkan, dan komposisinya sama – tetapi tidak demikian statis.
Dia tidak memiliki data yang cukup untuk membuktikan hal ini, sehingga pada awalnya banyak ilmuwan mengabaikannya. barulah pada tahun 1929 teorinya dikonfirmasi secara observasional oleh Edwin Hubble.
Di Mt. Wilson Observatory di California, Edwin Hubble menemukan bahwa galaksi bergerak menjauh dengan kecepatan tinggi. Hubble, seperti kebanyakan orang, tidak mengetahui adanya teori Lemaître di tahun 1927. Tapi, tentu saja, Lemaître dapat menggunakan penemuan dramatis Hubble sebagai bukti teorinya.
Jika Anda membayangkan galaksi-galaksi menjauh dari kita sebagai sebuah film, putar mundur saja filmnya. Setelah waktu tertentu, semua galaksi itu akan berkumpul bersama. Demikianlah Lemaître mengemukakan gagasan bahwa pernah ada atom primordial yang mengandung semua materi di alam semesta.
Dukungan lain yang digunakan Lemaître adalah gagasan entropi, yang menyatakan bahwa segala sesuatu bergerak menuju ketidakteraturan yang semakin besar.
Bagaimana pun, Gagasan Lemaître tentu saja membuka lebih banyak pertanyaan, misalnya: Seperti apakah atom primordial itu? Mengapa bisa meledak?
Lemaître mendalami topik tersebut selama beberapa waktu, bahkan menyarankan bahwa seharusnya “ada semacam radiasi latar di alam semesta,” yang tersisa dari ledakan awal atom primordial tersebut. Dia menjadi lebih tertarik pada konsekuensi filosofis dari teorinya, yang mana itu sangat banyak.
Beberapa tahun kemudian sejak kemunculan teori big bang, terjadi perdebatan sengit antara mereka yang mendukung dan mereka yang menyukai teori “keadaan tetap” alam semesta (bahwa alam semesta itu abadi dan tidak berubah).
Perdebatan ini berakhir ketika Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan bukti adanya radiasi di latar belakang kosmik, yang telah ditentukan oleh Lemaître dan ahli teori lainnya sebagai sisa ledakan big bang miliaran tahun yang lalu.