“…Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini.” Demikian sebuah penggalan kalimat dalam wangsit Prabu Siliwangi yang melegenda hingga hari ini.
Makna kalimat tersebut bisa ditafsirkan sebagai penggambaran secara metafora suatu situasi perang. Hal Ini terutama dapat dicermati pada kalimat “burung menetaskan telur” yang dapat dimaknai sebagai ilustrasi pesawat yang menjatuhkan bom dari angkasa. Sementara suara gemuruh yang disebut terdengar sayup-sayup, adalah suara ledakan yang ditimbulkan.
Dengan mencermati bahwa posisi Prabu Siliwangi berada di pulau Jawa ketika mengucapkan wangsit tersebut, maka, ujung laut utara yang disebutkan sebagai asal suara gemuruh yang terdengar sayup-sayup, bisa jadi adalah laut cina selatan.
Dugaan ini didasari pertimbangan bahwa laut jawa yang berada di sebelah utara pulau jawa bersambungan dengan perairan laut cina selatan. Dengan demikian, laut cina selatan dapat dikatakan merupakan “ujung laut di sebelah utara pulau jawa” yang dimaksud Prabu Siliwangi.
Eskalasi yang terus memanas di perairan laut cina selatan Antara Cina dengan Taiwan, Philipina, Vietnam, Malaysia, dan juga Amerika yang melibatkan diri di dalamnya, tentu memberi kita gambaran bahwa bisa jadi situasi perang yang dimaksudkan Prabu Siliwangi dalam wangsitnya adalah situasi perang yang sangat mungkin akan pecah di perairan laut cina selatan dalam beberapa waktu ke depan.