Microdosing LSD, Meningkatkan Kreativitas Ala Silicon Valley

Reading Time: 3 minutes

Steve Jobs pernah berkata bahwa mengonsumsi LSD adalah salah satu dari “dua atau tiga hal terpenting” yang pernah dia lakukan dalam hidupnya.

Pernyataan Jobs ini tentu saja hal yang berani, di tengah status LSD sebagai zat yang divonis ilegal – terlarang untuk penggunaan medis dan rekreasi – sejak tahun 1968, dan masih berlaku hingga masa sekarang.

Lysergic acid diethylamide  yang umumnya dikenal sebagai LSD (dari bahasa Jerman Lysergsaure-dietilamid), adalah zat entheogen yang sangat kuat. 

Sebelum kita lanjutkan pembahasan LSD, rasanya perlu pula menjelasakan  apa itu zat ‘entheogen’. Istilah entheogen berasal dari dua kata Yunani Kuno  ‘entheos’ dan ‘genesthai’. Entheos jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris bermakna “full of the god, inspired, possessed” dan merupakan akar dari kata “antusiasme”. Orang Yunani menggunakannya sebagai istilah pujian untuk puisi dan karya seni lainnya. Sementara itu, Genesthai berarti “to come into being”.



Dengan demikian, zat entheogen dalam istilah medis adalah zat yang menyebabkan seseorang mengalami perasaan “terinspirasi” dalam aspek “spiritual”, atau mungkin dapat pula dimaknai “mencapai keilahian di dalam pikiran”.

Sejarah Singkat LSD

Sejak LSD disintesis untuk pertama kalinya oleh ahli kimia SwissDr. Albert Hofmann pada tahun 1938 di laboratorium Sandoz di Basel-Swiss, LSD menarik minat yang luar biasa dari mereka yang berkecimpung dalam bidang psikiatri pada 1950-an dan awal 1960-an. 

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Pada saat itu, pihak Sandoz mendistribusikan LSD kepada para peneliti dengan nama merek dagang Delysid dalam upaya menemukan penggunaan yang dapat menjadi pasar untuk itu.

Psikoterapi berbantuan LSD digunakan pada 1950-an dan awal 1960-an oleh psikiater seperti Humphry Osmond, yang memelopori penerapan LSD untuk terapi orang-orang yang ketergantungan alkohol, dengan hasil yang menjanjikan. Osmond menciptakan istilah “psikedelik” (manifestasi pikiran) sebagai istilah untuk LSD dan halusinogen yang ditimbulkannya.



Pada masa sebelum LSD dianggap barang Ilegal (sebelum tahun 1968), banyak tokoh besar yang diketahui menggunakan LSD sebagai pemicu daya kreativitas. Salah satu yang paling terkenal adalah Aldous Huxley – seorang penulis dan filsuf Inggris – yang dinominasikan sembilan kali untuk Hadiah Nobel Sastra.

Dalam banyak kesempatan, dan itu terekam dalam banyak tulisan, Aldous Huxley mengakui bahwa kecemerlangan karyanya tidak terlepas dari zat entheogen (seperti LSD) yang ia gunakan. 

Huxley berpendapat bahwa pikiran manusia menyaring realitas dalam keadaan normal dan zat psikedelik menghilangkan filter tersebut, membuat penggunanya terpapar pada Pikiran Luas.  

Huxley melihat zat psikedelik menawarkan kemungkinan mengalami keadaan kesadaran yang luar biasa kepada orang-orang yang tidak memiliki bakat pada pengalaman visioner (kemampuan yang umumnya dimiliki para mistikus, orang suci, dan seniman hebat). Baginya zat ini adalah kunci untuk membuka pintu persepsi baru.

Keyakinan kuat Huxley ini mendorong ia tidak menyebut zat seperti mescaline atau LSD sebagai “obat”, karena “obat” dalam pandangannya memiliki arti yang merendahkan. Dia merasa penting secara semantik untuk membedakan jenis zat aktif dengan obat-obatan yang lain. Walau demikian, dalam novelnya ‘Island’ – yang menceritakan sebuah pulau utopis di mana ilmu pengetahuan, kearifan timur dan mistisisme bersatu dengan baik – ia menyebut zat psikedelik sebagai ‘obat moksha’.