Dalam beberapa waktu terakhir ini, terutama setelah wabah pandemi covid 19 menghentak dunia awal tahun 2020, pembahasan bahwa krisis pandemi sebagai salah tanda-tanda akhir zaman banyak mengisi pembahasan ruang publik. Terkait hal ini, doomsday clock atau jam kiamat, kemudian juga menjadi topik yang ramai dibicarakan.
Dari thebulletin.org, yaitu situs resmi “Bulletin of the Atomic Scientists” (BAS) yang memprakarsai konsep “doomsday clock”, dijelaskan bahwa Doomsday clock atau jam kiamat merupakan konsep simbolis yang bertujuan memperingatkan masyarakat tentang seberapa dekat kita dengan kehancuran dunia yang diakibatkan teknologi berbahaya buatan kita sendiri.
Dalam perkembangannya, setelah faktor perubahan iklim juga menjadi bahan pertimbangan (selain bahaya nuklir), Doomsday clock mendapat perluasan makna metafora, yakni: sebagai pengingat bahaya demi bahaya yang harus kita atasi jika kita ingin bertahan hidup di planet ini.
Jam Kiamat pertama kali dibuat pada tahun 1947. Pada saat itu, bahaya terbesar bagi umat manusia datang dari senjata nuklir, khususnya terkait perlombaan senjata nuklir Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Asal usul dimulainya konsep “Doomsday Clock” dapat ditelusuri ke kelompok peneliti internasional bernama Chicago Atomic Scientists, yang telah berpartisipasi dalam Proyek Manhattan. Setelah pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki , mereka mulai menerbitkan buletin Ilmuwan Atom, yang memang sejak edisi awal, telah menggunakan jam sebagai ilustrasi di setiap sampulnya.
Adalah Co-editor Hyman Goldsmith yang meminta seniman Martyl Langsdorf untuk membuat desain sampul Bulletin edisi Juni 1947, yang merupakan edisi perdana.
Pada awalnya Martyl Langsdorf dikatakan ingin menggunakan simbol uranium. Tetapi ketika dia mendengarkan perdebatan para ilmuwan pembuat bom, terkait konsekuensi dari teknologi tersebut, dan tanggung jawab mereka untuk memberi tahu publik, ia menyerap urgensi tema perdebatan tersebut, dan mulai membuat sketsa jam yang pesan moralnya adalah bahwa “kita tidak punya banyak waktu tersisa untuk mengendalikan senjata atom”.
Konsep Doomsday clock menempatkan saat kiamat di jam 12 tengah malam. Menit-menit yang diatur menuju jam 12 itulah yang dianalogikan sebagai “waktu yang tersisa” sebelum kiamat terjadi.
Pada tahun 1947 (saat pengaturan pertama kalinya), jam diatur tujuh menit menuju tengah malam. Pengaturan jarum jam telah ditetapkan pada posisi yang berbeda (mundur dan maju) sebanyak 24 kali sejak itu. Jumlah menit terbesar hingga tengah malam adalah 17 (pada tahun 1991), dan yang terkecil adalah 100 detik (1 menit dan 40 detik) yang diatur pada Januari 2020 lalu.
Jika 2020 lalu, posisi menit Doomsday clock diatur 100 detik menuju tengah malam – merupakan posisi terdekat yang pernah ditentukan maka, di tahun 2021 ini posisi itu tidak berubah tetap diatur di posisi 100 detik.
Tweet
Menurut Presiden BAS Rachel Bronson, waktu sekarang diatur dalam hitungan detik tidak lagi menit karena “saatnya menuntut perhatian [lebih], dan bahwa tingkat ancaman semakin memburuk.”
Keputusan pengaturan posisi menit “Doomsday clock” dibuat oleh BAS Science and Security Board, yang mencakup 13 orang Pemenang Nobel.