Fakta: Ratu Sima Penguasa Dunia yang Diramalkan Sang Buddha

Reading Time: 9 minutes

Dalam tulisan sebelumnya (Chakravarti, Sosok Penguasa Dunia yang Diramalkan Sang Buddha) telah saya ungkap mengenai suatu nubuat yang diucapkan Buddha Sakyamuni (Siddhartha Gautama), bahwa akan hadir seorang Chakravarti perempuan yang akan memerintah Jambudvipa sebagai reinkarnasi Vimalaprabha. Pada bagian akhir artikel itu, saya sedikit mengulas sosok Ratu Sima sebagai figur yang lebih layak daripada Permaisuri Wu Zetian yang mengklaim dirinya sebagai sosok yang diramalkan itu.

Ucapan Buddha bahwa Chakravarti perempuan tersebut akan hadir sekitar seribu tahun setelah ia parinirvana (kematiannya), menjadi acuan bahwa masa kedatangan Chakravarti perempuan tersebut berada di sekitar abad ke 6 M, oleh karena kisaran tahun kematian Buddha menurut negara-negara Theravada adalah 544 atau 545 SM. Dalam tradisi Buddhis Burma misalnya, tanggal kematian Buddha adalah 13 Mei 544 SM, sedangkan dalam tradisi Thailand adalah 11 Maret 545 SM. (Eade, JC:  The Calendrical Systems of Mainland South-East Asia, 1995) 

Disekitar masa itu (abad ke 6 hingga abad ke 7), ada permaisuri Wu Zetian yang mengklaim dirinya sebagai sosok Chakravarti yang diramalkan sang Buddha. Namun, dengan mencermati rekam jejak Wu Zeitan yang dipenuhi intrik dan tindakan-tindakan keji selama hidupnya, maka saya pikir sangat tidak mungkin untuk menganggap Wu Zetian sebagai sosok Chakravarti sekaligus Bodhisattva yang dimaksudkan Buddha Sakyamuni.

Karena Bodhisattva sesungguhnya adalah seorang yang suci. Dikenal memiliki sifat welas asih dan sifat tidak mementingkan diri sendiri dan rela berkorban. Ia mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk selain dirinya di alam semesta. Ia dapat juga diartikan “calon Buddha”.

Silahkan baca pembahasan mengenai nubuat Buddha Sakyamuni dan intrik Wu Zetian di tulisan sebelumnya: Chakravarti, Sosok Penguasa Dunia yang Diramalkan Sang Buddha.



Sebagai sosok alternatif untuk figur Chakravarti sekaligus Bodhisattva yang dimaksudkan Buddha Sakyamuni dalam nubuatnya, saya mengajukan sosok Ratu Sima yang juga merupakan pemimpin wanita yang hebat

Di masa itu. Ratu Sima dari kerajaan Holing, oleh para sejarawan dianggap sebagai cikal bakal berdirinya dinasti Sailendra, yang menguasai Nusantara hingga sebagian wilayah Indocina. 

Penobatan Ratu Sima sebagai raja di kerajaan Holing terekam dalam kronik Cina. Disebutkan bahwa pada tahun 674 M rakyat kerajaan Holing menobatkan seorang perempuan sebagai ratu yaitu ratu Hzi-mo [Sima]. Dalam saat yang sama, di Cina yang berkuasa saat ini adalah Kaisar Gaozong (Dinasty Tang).

Yang menarik karena ada banyak silang pendapat di antara para sejarawan mengenai asal usul Ratu Sima sebagai Ratu kerajaan Holing yang disebut dalam kronik Cina. Karena rupa-rupanya asal muasal Ratu Sima sulit terlacak.

Ada yang menyebutkan Ratu Sima adalah putri seorang pendeta di wilayah kerajaan Sriwijaya. Dilahirkan pada tahun 611 M di sekitar wilayah yang disebut banyuasin. Yang ketika beranjak dewasa kemudian menyeberangi laut jawa, melewati pantai utara jepara, hingga menetap di daerah yang dikenal sebagai wilayah Adi Hyang (Leluhur Agung), atau dieng sekarang. Ada juga pendapat lain yang menduga bahwa Ratu Sima berasal dari kerajaan Kalingga di India.

Dalam pandangan saya, hal yang perlu mendapat perhatian khusus terkait kronik Cina tentang Ratu Sima, adalah mengenai pengangkatan Ratu Sima sebagai raja oleh rakyat kerajaan Holing. Ini mesti dipandang sebagai suatu hal yang unik, karena umumnya seorang raja diangkat berdasarkan pewarisan tahta secara turun temurun.