Zaman Holosen Terbaru Dimulai Di Masa Hidup Nabi Ibrahim (4.2 ka BP)

Reading Time: 7 minutes

Zaman Holosen terbaru dimulai sekitar 4.200 tahun yang lalu hingga saat ini, dikenal sebagai Zaman Meghalaya (Meghalayan age). Zaman ini oleh para ilmuwan disebut dimulai dengan perisiwa kekeringan yang sangat merusak (Megadrought), yang efeknya berlangsung hingga 200 tahun, dan dianggap bertanggung jawab menghancurkan sejumlah peradaban di seluruh dunia. 

Sebagian ilmuwan menghitung bencana kekeringan global itu berlangsung selama 300 tahun, misalnya yang diulas dalam artikel ini: The 4.2 ka BP event in the Levant.

Kekeringan tersebut sangat berpengaruh terutama pada masyarakat berbasis pertanian. Hal yang pada gilirannya menyebabkan dimulainya migrasi manusia yang luas dari daerah-daerah seperti Mesir, Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Lembah Sungai Yangtze. (sumber di sini dan di sini)

Sebelum lebih lanjut membahas zaman Meghalaya ini, rasanya penting untuk pembaca ketahui bahwa, Zaman di mana kita hidup saat ini, dalam ilmu geologi disebut zaman Holosen, yaitu zaman yang dimulai dari sekitar 11.700 tahun yang lalu, yaitu setelah akhir zaman es terakhir. Zaman Holosen ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni: Greenlandian, Northgrippian, dan Meghalayan. 



Jadi, nama Meghalaya digunakan sebagai nama zaman terbaru dalam sejarah bumi, atau bagian terakhir dari tiga subdivisi dari seri zaman geologis Holosen. Selanjutnya zaman Meghalaya ini dapat pula kita sebut sebagai zaman Holosen terbaru.

Alasan dipilihnya Meghalaya sebagai nama zaman Holosen terbaru, adalah data kunci Global Boundary Stratotype Section and Point atau di singkat GSSP ( titik acuan pada bagian stratigrafi yang mendefinisikan batas bawah dari panggung skala waktu geologi) yang ditemukan tim peneliti pada stalagmit yang tumbuh di Gua Mawmluh, yang terletak di negara bagian Meghalaya, India.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!



Gua Mawmluh di Meghalaya
Stalagmit dari Gua Mawmluh (Meghalaya - India) dengan GSSP untuk dasar Tahap awal Zaman Meghalayan atau zaman holosen terbaru. (sumber: scroll.in)
Stalagmit dari Gua Mawmluh (Meghalaya – India) dengan GSSP untuk dasar Tahap awal Zaman Meghalayan. (sumber: scroll.in)

Dikutip dari Hindustan Times, Gua Mawmluh di Meghalaya terletak di ketinggian 1.290 meter dan merupakan salah satu dari sepuluh gua terpanjang dan terdalam di India. Stalagmit yang dikumpulkan dari sini telah menunjukkan bahwa kondisi di gua itu cocok untuk melestarikan tanda-tanda kimia transisi di masa lampau.

Menurut Dr Stanley Finney, sekretaris jenderal Persatuan Internasional Ilmu Geologi, Zaman Meghalaya adalah periode unik di antara banyak interval Skala Waktu Geologis, karena permulaannya berhubungan dengan perubahan budaya utama yang didorong oleh peristiwa iklim besar, yakni kekeringan yang berkepanjangan (Megadrought), yang menurut para ahli efeknya berlangsung hingga 200 tahun.

Bencana Di Zaman Holosen Terbaru Dimulai Oleh Hantaman Meteor

Hantaman meteor telah menjadi alasan utama penyebab terjadinya bencana kekeringan di 4200 tahun lalu (atau yang biasa disebut para ilmuwan dengan istilah “4.2 ka BP event).

Sebuah Studi citra satelit di Irak selatan telah mengungkapkan depresi melingkar selebar dua mil yang menurut para ilmuwan memiliki semua ciri sebagai kawah tumbukan meteor. Hantaman meteor ini setara dengan ratusan bom nuklir, yang menimbulkan dampak kerusakan yang luar biasa dan bersifat sistemik, seperti menyebabkan gempa bumi, kekeringan akibat perubahan iklim, kebakaran, dll.

Menurut para ilmuwan, efek bencana yang ditimbulkan hantaman meteor itu dapat menjelaskan misteri mengapa begitu banyak budaya mengalami penurunan tiba-tiba di sekitar 2200 SM (4200 tahun yang lalu). 

Ditemukan tidak sengaja

Menariknya, penemuan kawah meteor terjadi secara tidak sengaja.

Garis samar kawah ditemukan oleh Dr Sharad Master, seorang ahli geologi di Universitas Witwatersrand, Johannesburg, pada citra satelit wilayah Al Amarah.

Itu adalah penemuan yang murni tidak disengaja“, kata Dr Master kepada The Telegraph. “Saya sedang membaca artikel majalah tentang proyek pembangunan kanal Saddam Hussein, dan ada foto yang menunjukkan banyak formasi – yang salah satunya sangat sangat melingkar.” 

Analisis rinci dari citra satelit lain yang diambil sejak pertengahan 1980-an menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun kawah tersebut berisi sebuah danau kecil.

Pengeringan wilayah tersebut, sebagai bagian dari kampanye Saddam melawan Arab Rawa (penghuni rawa-rawa Tigris-Efrat di Irak selatan), telah menyebabkan danau surut, memperlihatkan punggungan seperti cincin di dalam cekungan seperti mangkuk besar – yang merupakan fitur lazim dari kawah yang terbentuk oleh tumbukan meteor.