Kesamaan Makna ‘As Samad’ (Asmaul Husna) Dengan Istilah ‘Samadhi’ Dalam Tradisi Hindu-Buddha

Kesamaan makna As Samad dan Samadhi
Reading Time: 3 minutes

Dalam tradisi Islam, As Samad dikenal sebagai salah satu dari 99 Asmaul Husna (nama atau sifat-sifat Allah).

As Samad dengan akar triliteral ṣād mīm dāl ( ص م د ) hanya muncul satu kali dalam Al-Quran, sebagai kata benda ṣamad ( صَّمَد ), yaitu pada surat Al Ikhlas ayat 2: Allāhuṣ-ṣamad (اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ)

Selama ini, literatur Islam umumnya memaknai frasa Allāhuṣ-ṣamad(u) sebagai “Allah tempat meminta segala sesuatu“, setidaknya, seperti inilah bunyi yang dapat kita temukan dalam Al Quran terjemahan Departemen Agama.

Makna yang sedikit agak berbeda untuk frasa Allāhuṣ-ṣamad(u) kita temukan dalam Al Quran terjemahan bahasa Inggris, yakni: Allah the Eternal ( Allah Yang Abadi)/ the Absolute (Yang Mutlak).



Mengapa ada perbedaan makna seperti ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin terlebih dahulu memberi gambaran bagi para pembaca mengenai asal-usul mengapa as Samad oleh sebagai kalangan dimaknai sebagai salah satu sifat Allah yaitu sebagai “dzat tempat meminta segala sesuatu”, lalu sebagian kalangan lainnya menerjemahkannya sebagai: Allah Abadi atau Allah Mutlak.

Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa asal usul nama ini adalah kata kerja tiga huruf ṣa-ma-da yang biasanya berarti “beralih ke atasan” untuk mengkompensasi inferioritas (ketidakmampuan). Orang-orang Arab hanya akan mengucapkan ṣamad-tu (saya terpaksa) ketika pendekatan mereka terhadap orang atau benda tersebut adalah untuk memenuhi suatu kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi secara mandiri.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Di Arab awal, seorang kepala suku disebut aṣ-Ṣamad karena penyelesaian suatu keputusan bergantung pada otoritasnya. Seorang pejuang disebut aṣ-Ṣamad ketika dia dapat menahan diri untuk tidak makan atau minum selama pertempuran, tidak seperti pejuang lainnya, karena kemenangan bergantung pada menunjukkan ketahanan unik ini. Oleh karena itu, inti dari nama Allah aṣ-Ṣamad adalah gagasan bahwa Dia dicari karena kesempurnaan-Nya yang unik; sifat khas-Nya yang menjadikan Dia sebagai kompensasi utama atas setiap kekurangan.

Adapun varian terjemahan untuk aṣ-Ṣamad dalam bahasa Inggris yang sedikit berbeda, tampaknya menekankan arti aṣ-Ṣamad pada makna “Abadi” atau “Mutlak”, yaitu betapa Allah pada hakikatnya tanpa cela.

Kata ‘Samadhi‘ (dalam tradisi Hindu-Buddha) sebagai pembanding

Saya melihat, yang menarik karena etimologi kata ‘Samadhi‘ menurut bahasa sansekerta tampaknya mengakomodir kedua pemahaman makna di atas.

Jika ditinjau menurut bahasa Sansekerta, Samadhi adalah gabungan dari kata ‘sam‘ yang artinya: “bersama” atau “terintegrasi“, dan ‘adhi‘ artinya: “yang lebih baik/ lebih tinggi“, jadi Samadhi dapat berarti: “bersama atau terintegrasi dengan sesuatu yang lebih baik“. Stephen Sturgess menyimpulkannya: penyatuan dengan Tuhan. Makna ini bisa dikatakan identik dengan pemaknaan as Samad yang berdasarkan bahasa dan tradisi Arab di atas. (sumber di sini)

Ada pula interpretasi dari Hindu/yoga yang menyarankan Samadhi merujuk pada kata ‘Sam‘ yang artinya “Sempurna/ mutlak” dan ‘ādi‘ yang artinya “Asli/ awal”, dengan demikian Samadhi merujuk pada sifat tuhan yang “Maha Sempurna dan Maha Mutlak”. Ini cenderung lebih dekat dengan terjemahan As Samad dalam bahasa Inggris.

Kesimpulan

Bisa dikatakan, kedua bentuk makna yang diberikan untuk kata As Samad analoginya seperti dua sisi mata uang. Berbeda tampilan tapi pada dasarnya sama saja.

Hanya saja, jika saya ditanya mana makna yang lebih pas untuk mengartikan frasa Allāhuṣ-ṣamad(u) pada ayat kedua surat Al Ikhlas, maka, saya lebih cenderung sepakat pada makna: Allah Abadi.

Pertimbangan ini disadari pertimbangan bahwa makna “Allah Abadi” ini sesuai atau senada dengan bunyi kalimat sebelumnya (ayat 1) dan kalimat setelahnya (ayat 3 dan 4). DIA SATU (ESA) – DIA ABADI – DIA TIDAK MELAHIRKAN DAN DILAHIRKAN – TIDAK ADA SATUPUN YANG SETARA DENGAN-NYA.

Intinya, surat Al Ikhlas hanya berbicara khusus tentang aspek Allah saja. Tidak berbicara tentang hubungannya dengan manusia, seperti bahwa Dia adalah tempat berlindung atau tempat memohon segala sesuatu.

Tapi sekali lagi, kedua pemaknaan pada dasarnya sama-sama benar… 🙂

Yang menarik untuk kita cermati pada akhirnya adalah bahwa As Samad yang kita kenal sebagai salah satu Asmaul Husna, ternyata memiliki kesamaan makna dengan istilah Samadhi dalam tradisi Hindu-Buddha.

Baca juga:

Kelipatan Delapan Menurut Al-Quran