Hal-hal yang telah disampaikan melalui nubuwwah (oleh para utusan Allah) bukanlah sesuatu yang dapat dicegah atau pun dihindari. Karena hal-hal itu telah digariskan-Nya maka, pasti akan terjadi.
***
Nabi Muhammad sungguh-sungguh sangat mempersiapkan umatnya dalam menghadapi situasi akhir zaman. Bahwa akan ada hijrah di akhir zaman seperti hijrah yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim di masa lalu, dan bahkan nama tempat di mana umat harus hijrah pun telah pula ia kemukakan dalam haditsnya.
Berikut ini bunyi hadits tersebut…
Dari Abdullah bin Amr berkata, Sesungguhnya Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam), bersabda: “Akan terjadi hijrah setelah hijrah, sebaik-baik penduduk bumi adalah yang tinggal di tempat hijrah Nabi Ibrahim (…) ” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Al-Hakim)
Dari Abu Bakrah, Rasulullah SAW bersabda: “Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah, dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah.”
Dari hadits di atas kita mendapatkan informasi: “BASHRAH” sebagai nama tempat hijrah dan, “DIJLAH” sebagai nama sungai di sisi tempat hijrah tersebut.
Sejauh ini, para cendikiawan Islam umumnya menganggap jika Bashrah yang dimaksud hadis di atas adalah kota Basrah di Irak, sementara sungai Dijlah yang dimaksud adalah sungai Tigris. Namun penentuan ini bukan tidak memiliki silang pendapat.
Misalnya, Imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi mengutip penjelasan imam al-Asyraf bahwa yang dimaksud dengan Bashrah dalam hadits ini adalah Baghdad. Alasannya, Dajlah adalah sebuah sungai, sementara jembatan Dajlah tersebut berada di tengah (atas) sungai Dajlah, bukan di tengah kota Bashrah sendiri.
Begitu juga sebutan ‘Dijlah’ untuk sungai Tigris, hanya digunakan dalam orang berbahasa Arab saja, sementara dari sumber yang jauh lebih tua seperti Yunani Kuno menyebutnya ‘Tigris’ yang berarti harimau, dan dianggap diadaptasi dari Persia kuno ‘Tigra’, dan dari Elam yang juga menyebut ‘Tigra’.
Dengan pertimbangan ini, saya pikir ada kemungkinan wilayah ‘Basrah’ dan sungai ‘Dijlah’ yang disebut dalam hadis Nabi, yang diklaim terletak di Irak, “mungkin telah pula mengalami kekeliruan penafsiran” seperti kekeliruan yang terjadi pada penafsiran Suriah sebagai wilayah Ash-Sham yang disebut nabi sebagai tempat hijrah Nabi Ibrahim dan akan pula menjadi tempat hijrah umat akhir zaman.
Sebagaimana yang telah saya bahas dalam tulisan sebelumnya, klaim Suriah dan sekitarnya sebagai tempat hijrah Nabi Ibrahim rasanya tidak masuk akal, disebabkan oleh karena alasan hijrah atau migrasi yang dilakukan Nabi Ibrahim tersebut adalah bertujuan untuk menghindari bencana kekeringan yang sangat parah. Sementara itu, penelitian ilmiah hari ini mengungkap bahwa wilayah Mesir, Suriah, Lebanon Palestina, hingga Irak, dan sebagian besar timur tengah pada umumnya adalah wilayah utama yang mengalami kekeringan parah tersebut. (Baca ulasan saya mengenai hal ini di sini: Petaka Alam pada Masa Nabi Ibrahim yang Berdampak Global dan Meruntuhkan Banyak Peradaban)
Ash-Sham = Assam
Sebagai alternatif, saya telah mengajukan pendapat, wilayah Meghalaya atau pun Assam di timur laut India, sebagai tempat hijrah Nabi Ibrahim yang sesungguhnya.
Bukan saja karena secara fonetis ASH-SHAM bisa dikatakan serupa bunyi penyebutannya dengan ASSAM, tetapi juga didukung oleh banyak tinjauan yang memiliki argumentasi yang kuat. Mulai dari tinjauan aspek filologi, yakni analisa cerita kuno dalam tradisi etnis Dimasi (pribumi), tinjauan aspek genealogi mereka, dan masih banyak lagi.