Lalu, jika kemudian dijabarkan dalam pemahaman arah jarum jam sebagai arah penunjuk mata angin, di mana: jam 06:00 (pagi) mewakili arah timur – jam 12:00 (tengah hari) mewakili arah utara – jam 18:00 (petang) mewakiliki arah barat – dan jam 24:00 (tengah malam) mewakili arah selatan, maka jam 10:00 (pagi) dapat diduga mewakili arah timur laut.
Sehingga dengan demikian, di masa kuno, selain disebut sebagai “negeri pagi”, wilayah Nusantara kadang juga disimbolisasikan dengan sebutan “titik timur laut”. (cermati gambar berikut ini).

Dugaan ini dikuatkan oleh adanya sebutan “Isanapura” yang berarti “negeri timur laut” yang teridentifikasi berada di kawasan ini, merujuk dari informasi dari teks Cina kuno, Sui shu (kitab sejarah dinasti Sui), yang disusun oleh Wei Zheng (580-643 M).
Nama Isanapura oleh para sejarawan dianggap berasal dari bahasa Sanskerta “Isana” yang berarti “timur laut”. (baca: “Negeri Timur Laut” Sebutan Kawasan Nusantara di Masa Kuno).
Lebih lanjut, saya juga telah mengungkap bahwa pemahaman tersebut bisa jadi merupakan jawaban atas pertanyaan: mengapa batu hajar aswad dan titik awal memulai tawaf berada di sisi timur laut Ka’bah? – Yaitu bahwa “titik timur laut” (Nusantara) merupakan titik awal peradaban manusia. Titik awal semula bermula.
Bagi yang belum membaca artikel Rahasia Kuno yang Terpendam di Gunung Latimojong, dan “Negeri Timur Laut” Sebutan Kawasan Nusantara di Masa Kuno, saya sangat menyarankan agar membacanya terlebih dahulu.
Sementara itu, dalam tulisan Sejarah Berhala Uzza, Sang Dewi Fajar, telah saya ungkap adanya konsep penyembahan Dewi Fajar atau Dewi Pagi, yang dalam tradisi Hindu dikenal sebagai “Ushas”, dalam mitologi Yunani dikenal sebagai “Eos”, dalam mitologi Romawi dikenal sebagai “Aurora”, sementara orang Arab pra-Islam menyembahnya dengan nama “Uzza”.
Yang menarik, Uzza sebagai Dewi Fajar, merupakan salah satu dewi yang paling dipuja oleh orang Arab pra-Islam. Di sisi lain, peletakan batu Hajar Aswad dan titik awal memulai tawaf berada di sisi timur laut Ka’bah. Kesemua hal ini tentunya menyiratkan adanya saling keterkaitan yang erat.
2 Komentar
Pingback: Petunjuk Menemukan Tanah Suci “Shambala” – Fadlybahari
Pingback: Ini Asal-Usul Nama “Jawa” Menurut Konsep Lokapala (bagian 2) – Fadlybahari