Di Jawa hal semacam bohni dikenal dengan istilah penglaris, sementara di Sulawesi selatan khususnya pada pedagang Bugis lebih dikenal dengan istiah “Pammula Balu”. Secara umum, hampir tidak ada perbedaan bentuk sentimen pedagang di wilayah Pakistan atau India dengan pedagang bugis di Sulawesi Selatan mengenai budaya dagang ini.
Bagi pedagang di wilayah Pakistan dan India Utara penjualan pertama (bohni) dipercaya berpengaruh kepada kesuksesan kegiatan penjualan selanjutnya pada hari itu. Adalah pertanda buruk jika pelanggan pertama pergi tanpa melakukan pembelian, sehingga pedagang sangat berhati-hati untuk tidak membiarkan itu terjadi.
Pada momentum bohni, harga barang biasanya dibuat relatif rendah agar penjualan dapat dimulai dan keberuntungan dapat dipertahankan. [Pramod Kumar Sinha – 1970, The depiction of folk-culture in Vidyapati’s prose]
Setelah transaksi bohni berhasil, kebanyakan orang yang percaya takhayul akan meludahi uang hasil penjualan pertama tersebut dengan harapan tindakan tersebut dapat menghindarkannya dari kesialan pada hari itu.
Pada pedagang-pedagang di Sulawesi Selatan praktek semacam ini pun dapat kita jumpai, biasanya mereka meludahi lalu melipatanya dengan baik kemudian menyimpannya di bagian yang dianggapnya special di dalam tempat penyimpanan uang.
Terkait tradisi bohni di wilayah Pakistan dan India utara dengan “Pammula balu” dalam tradisi perdagangan orang Bugis yang memiliki arti yang sama yaitu “Penjualan pertama”, maka saya ada menduga kemungkinan tradisi tersebut pada dasarnya berasal dari Pulau Sulawesi yang dibawa ke wilayah sana oleh pelaut dan pedagang dari Pulau Sulawesi.
Bahwa istilah bohni tersebut berasal dari kata boni yang merupakan nama teluk di pulau ini (teluk boni), asal dari para pelaut dan pedagang ulung, sebagaimana yang dikatakan Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java: “The Bugis, indeed, is the great maritime and commercial state of the Archipelago”. [Thomas Stamford Raffles. The History of Java. 1817: clxxxiii]
Jejak Bugis di wilayah ini (Asia Tengah) bahkan dapat kita temukan pada sebutan “bo’g’iz” yang berarti “teluk” dalam bahasa Uzbek. (Pembahasannya dapat dibaca di artikel ini: Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno)
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.


