Dalam pandangan saya, dengan menimbang bahwa Chen-la adalah suatu nama wilayah di pulau Sulawesi, maka ada kemungkinan sebutan tersebut ada keterkaitan dengan sebutan cen-ra-na yakni sebutan lain untuk cendana dalam bahasa lokal di Sulawesi Selatan. Dan toponim Cendana saya temukan berada di wilayah Parigi Moutong, Sulawesi tengah. Ini setidaknya sesuai dengan letak geografis Ho-ling yang disebutkan I-Tsing bahwa di sebelah utara berbatasan dengan Chen-la.
Adapun toponim Lin-i atau Lin-yi yang disamakan dengan nama kerajaan Champa, saya duga merujuk pada toponim Cempaka di wilayah Pohuwato, Gorontalo.
Pada peta berikut ini dapat dilihat jika letak Cendana di Parigi Moutong, berada di sebelah barat daya Cempaka di Pohuwato. Yang mana sesuai dengan Deskripsi Cina tentang Chen-la (Cendana) sebagai barat daya kerajaan Lin-i (Cempaka).

Laut di sebelah selatan Ho-ling
Secara umum saya menduga bahwa wilayah Sulawesi selatan hari ini ditambah sebagian wilayah Sulawesi tengah sesungguhnya adalah wilayah Ho-ling di masa lalu. Wilayah tersebut pada dasarnya juga merupakan bekas wilayah kedatuan Luwu pada masa lalu. dengan kata lain, bisa jadi Ho-ling adalah sebuatan Kedatuan Luwu pada masa kuno.
Setidaknya hal ini dapat kita lihat pada fakta Raja Ho-ling yakni T’ien pao (yang memindahkan pusat kerajaan ke wilayah Po-lu-chia-sseu) yang menunjukkan keidentikan dengan nama Tampa Balusu yakni raja kelima dalam Silsilah kedatuan Luwu.
Juga nama ta-tso-kan-hsiung yang dalam berita Cina dikatakan sebagai yang utama di antara seluruh pejabat tinggi kerajaan Ho-ling, sangat identik dengan nama To Ciung yakni sebuah namayang melegenda sebagai orang bijak dari Tana Luwu. Dapat kita lihat bahwa “hsiung” sangatlah identik dengan “Ciung“.
Karena itu, keberadaan toponim Karatuang di Bantaeng (pesisir selatan semenanjung Sulawesi Selatan) dapat dianggap sebagai bagian dari kerajaan Ho-ling, dan bisa jadi di wilayah tersebut pernah pula menjadi pusat kerajaan Ho-ling ataupun Kedatuan Luwu.
Demikianlah Identifikasi keseluruhan toponim yang bersempadan dengan Ho-ling dilakukan dengan juga merinci beberapa toponim lainnya yang juga disebutkan dalam beberapa sumber kronik Cina lainnya. Ini dengan sendirinya berfungsi sebagai penguji konsistensi sekaligus penguat Hipotesis yang diajukan.
Demikian ulasan ini. Semoga bermanfaat. Salam.



2 Komentar
Pingback: Pembacaan ‘Ho-ling’ Sebagai “Walaing” atau “walain” oleh LC Damais, Menjadi Kunci Penentuan Letak Ho-ling di Pulau Sulawesi – Fadlybahari "La Patikala"
Pingback: Isanapura (Negeri Timur Laut), Sebutan Nusantara di Masa Kuno – Fadlybahari "La Patikala"