Asal Mula Bahasa: Kapan Mulai dan Bagaimana Perkembangannya?

asal mula bahasa
1 Shares
Reading Time: 9 minutes

Asal mula bahasa telah menjadi subjek spekulasi selama beberapa abad. Jika saja kita merujuk pada sumber-sumber yang tertera dalam kitab-kitab suci, maka dapat dikatakan bahwa spekulasi tersebut bisa terselesaikan, dengan kesimpulan bahwa manusia diciptakan dengan kemampuan unik ini. 

Tetapi, tentu ada saja pihak-pihak yang berusaha menjelaskan fenomena asal mula bahasa tanpa merujuk kepada Tuhan, yang mana pola pendekatannya dengan menggunakan kerangka evolusi. Dalam perjalanannya kemudian, muncullah deskripsi yang mengatakan bahwa studi tentang asal mula bahasa sebagai “tantangan terberat bagi sains”. 

Kekurangan bukti Empiris (pada asal-usul bahasa) telah menyebabkan banyak sarjana menganggap seluruh topik sebagai hal yang tidak sesuai untuk studi serius. Pada tahun 1866, Linguistic Society of Paris melarang segala perdebatan yang ada atau yang akan datang mengenai masalah asal-usul bahasa, suatu larangan yang tetap berpengaruh di sebagian besar dunia barat hingga akhir abad keduapuluh. Hari ini ada banyak hipotesis tentang bagaimana, mengapa, kapan, dan di mana bahasa mungkin telah muncul. (Edgar Andrews. 2018: 260-261)



Dalam buku Approaches to the Evolution of Language (James R. Hurford. 1998: 30-43) dikemukakan teori asal mula bahasa, yang dikelompokkan berdasarkan asumsi model evolusi, disebut sebagai “Teori Kontinuitas,” yang mana teori ini dibangun di atas gagasan bahwa bahasa menunjukkan begitu banyak kompleksitas sehingga orang tidak dapat membayangkannya muncul begitu saja dari ketiadaan dalam bentuk akhirnya; karena itu ia harus berevolusi dari sistem pra-linguistik sebelumnya di antara leluhur primata kita.

“Teori diskontinuitas” mengambil pendekatan sebaliknya – bahasa tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang ditemukan di antara non-manusia, pasti muncul secara tiba-tiba selama evolusi manusia. Noam Chomsky adalah pendukung terkemuka teori Teori diskontinuitas ini.  



Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Yuval Noah Harari dalam buku Sapiens: Riwayat Singkat Ummat Manusia (2017: 22) mengatakan: “Homo Sapiens menaklukkan dunia terutama berkat bahasanya yang unik”. Lebih lanjut pembahasam Yuval terkait hal ini dapat kita simak dalam kutipan buku Yuval Noah Harari: “Sapiens: Riwayat Singkat Ummat Manusia”. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017. hlm. 25-26, berikut ini:

kemunculan cara-cara baru berpikir dan berkomunikasi, antara 70.000 dan 30.000 tahun silam, merupakan Revolusi Kognitif. Apa yang menyebabkannya? Kita tidak tahu pasti. Teori yang paling banyak dipercaya berargumen bahwa mutasi-mutasi genetik tanpa sengaja mengubah sambungan-sambungan di dalam otak Sapiens, memungkinkan mereka berpikir dengan cara-cara yang tak pernah ada sebelumnya dan berkomunikasi menggunakan jenis bahasa yang sepenuhnya baru. 

Kita bisa menyebutnya mutasi Pohon pengetahuan. Mengapa mutasi itu terjadi dalam DNA Sapiens, bukan dalam DNA Neandertal? Sejauh yang bisa kita tahu, itu masalah kebetulan semata. Namun yang lebih penting adalah memahami akibat mutasi pohon pengetahuan, ketimbang penyebabnya. Apa yang sedemikian istimewa mengenai bahasa baru Sapiens yang memungkinkan spesies manusia tersebut menaklukkan dunia?



Bahasa tersebut bukanlah bahasa pertama. Setiap hewan memiliki semacam bahasa. Bahkan serangga, seperti lebah dan semut, tahu bagaimana berkomunikasi dalam cara-cara yang canggih, saling memberi informasi mengenai letak makanan. Bahasa Sapiens juga bukan bahasa vokal pertama. Banyak hewan, termasuk semua spesies kera dan monyet, memiliki bahasa vokal. 

Misalnya, monyet hijau (Chlorocebus sabaeus) menggunakan berbagai jenis panggilan yang berarti “hati-hati! Elang!” panggilan lain yang agak berbeda memperingatkan “hati-hati! Singa!” Ketika para peneliti memutar rekaman panggilan pertama kepada sekelompok monyet, monyet-monyet itu menghentikan kesibukan mereka dan melihat ke atas dengan ketakutan. Ketika kelompok yang sama mendengar rekaman panggilan kedua, peringatan terhadap singa, mereka lekas-lekas memanjat pohon. 

Sapiens dapat menghasilkan jauh lebih banyak suara berbeda daripada monyet hijau, namun paus dan gajah memiliki kemampuan yang sama mengesankannya. Burung betet bisa mengatakan apapun yang dikatakan Albert Einstein, juga meniru dering telepon, bunyi pintu dibanting, dan raungan sirine. Apapun keunggulan Einstein dibanding betet, itu pastilah bukan keunggulan vokal. Kalau begitu, apa yang sedemikian istimewa mengenai bahasa kita?

Jawaban paling umum adalah bahasa kita luar biasa luwes. Kita bisa menyambungkan bunyi dan tanda dalam jumlah terbatas untuk menghasilkan kalimat dalam jumlah tak terbatas, masing-masing dengan makna sendiri. Karena itu kita bisa menelan, menyimpan, dan menyampaikan banyak sekali informasi mengenai dunia di sekeliling kita. Monyet hijau bisa meneriakkan kepada rekan-rekannya, “Hati-hati! Singa!” 



1 Shares

One Comment on “Asal Mula Bahasa: Kapan Mulai dan Bagaimana Perkembangannya?”

Comments are closed.