Etnis Akha (Petani Opium di Segitiga Emas Asia Tenggara) adalah Kaum Aikah yang Disebut dalam Al-Quran

etnis akha atau aikah
2 Shares
Reading Time: 6 minutes

Beberapa cendikiawan mengatakan jika Orang Madyan adalah sama saja dengan orang Aikah. Namun beberapa hal yang akan saya urai berikut ini menunjukkan jika hal tersebut besar kemungkinan tidak benar. Dalam beberapa hal, malah orang Aikah dan orang Rass yang sepertinya menunjukkan adanya persamaan. 

Seperti misalnya orang Rass yang menyembah pohon sanobar yang mereka anggap memiliki ruh atau spirit (dalam penjelasan Ali bin Abu Thalib disebut sebagai Hayat al-Ilahiyah “Kehidupan Ketuhanan”) memiliki kesamaan dengan makna nama ‘aikah’ yang berarti: hutan, atau sebutan ‘A-ab al-Aykah’ yang berarti: sahabat hutan. Secara bahasa al-Aikah dapat pula bermakna “semak belukar” (lihat: di sini)

Saya melihat banyak artikel yang tersebar di internet yang menyebut bahwa ‘Aikah’ berasal dari nama pohon yang disembah kaum Aikah. Terkait pendapat ini, saya pikir, mungkin telah terjadi kekeliruan penafsiran. Saya lebih setuju dengan pendapat bahwa sebutan ‘Aikah’ berarti “hutan” dan terutama “semak belukar”.



Satu hal yang tampaknya terkait antara orang aikah dan orang Madyan adalah bahwa wilayah mereka besar kemungkinan berada di wilayah yang berdekatan. 

Bahkan jika merujuk pada Al Quran surat Asy-Syu’araa ayat 176-182 yang membahas teguran nabi Syuaib kepada kaum Aikah yang melakukan kecurangan dalam kegiatan jual beli, seperti teguran nabi Syuaib kepada kaum Madyan yang melakukan hal serupa, maka saya memperkirakan jika wilayah negeri kaum Aikah pun berada di wilayah negeri tengah seperti halnya kaum madyan.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Bunyi surat Asy-Syu’araa ayat 176-182 yang berisi teguran nabi Syuaib kepada kaum Aikah:

Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?, Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.

Bunyi surat Al-A’raaf ayat 85 yang berisi teguran nabi Syuaib kepada kaum Madyan:

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.

Dugaan ini setidaknya mendapat angin dengan keberadaan toponim Aikhari Billar Pathar, di distrik Barpeta, Assam, India – sebelah utara wilayah Madhyanagar Bazar. Berikut ini petanya…

Aikhari Billar Pathar tepat berada di Utara Madhyanagar yang diduga merupakan kampung halaman orang Madyan (dokpri)
Aikhari Billar Pathar tepat berada di Utara Madhyanagar yang diduga merupakan kampung halaman orang Madyan (dokpri)

Jejak Kaum Aikah pada hari ini

Ada beberapa hal pada kelompok etnis Akha yang menghuni desa-desa kecil di dataran tinggi pegunungan Thailand, Myanmar, Laos, India Timur Laut dan Yunnan Provinsi di Cina, yang memunculkan dugaan saya bahwa ada kemungkinan mereka adalah kaum Aikah dan kaum Rass yang hilang.

Orang Akha mengklaim bahwa tanah air asli mereka ada di perbatas Tibet. Yang jika perbatasan Tibet yang dimaksud adalah perbatasan sebelah selatan maka dugaan di atas ada kemungkinan benar. [sumber di sini]

Nama etnis Akha yang merupakan petani utama tanaman opium di wilayah segitiga emas Asia Tenggara, tidak saja identik dengan kaum Aikah yang dibahas dalam Al Quran, tetapi ada banyak hal tentang etnis Akha yang menunjukkan kemiripan dengan kaum Aikah dan terutama kaum Rass.

Berikut ini beberapa keidentikan tersebut.

KESAMAAN SIKLUS RITUAL PERAYAAN 12 KALI DALAM SETAHUN

Jika dalam penjelesan Ali bin Abu Thalib disebutkan bahwa: Kaum Rass memiliki dua belas desa yang makmur ditepian sungai yang dinamakan Sungai Rass.

Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar kemudian nama-nama desa tersebut oleh Bangsa Persia dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan mereka.

Lalu dijelaskan juga bahwa komunitas Rass mengadakan perayaan sehari pada setiap bulan sebagai event dimana persembahan dari masing-masing desa dilangsungkan. Puncak hari raya mereka disebut Isfandr. 

Maka, hal yang sama rupanya dapat pula kita temukan dalam etnis Akha, yaitu bahwa mereka memiliki tradisi siklus tahunan yang terdiri dari sembilan atau dua belas ritual persembahan.

Dalam perhitungan kalender mereka, satu minggu Akha adalah 12 hari; untuk setiap kegiatan desa, ada hari-hari yang menguntungkan dan tidak menguntungkan.

KEPERCAYAAN YANG SAMA PADA PEMUJAAN “HUTAN”

Jika kaum Rass disebut menyembah pohon sanobar yang mereka anggap memiliki ruh atau spirit atau yang dalam penjelasan Ali bin Abu Thalib disebut sebagai Hayat al-Ilahiyah (Kehidupan Ilahiah), lalu sebutan “‘A-ab al-Aykah’ yang berarti: sahabat hutan” bagi kaum Aikah, maka, etnis Akha dikenal sebagai etnis yang sangat tergantung pada hutan.

Etnis Akha bisa dikatakan memiliki kepercayaan persis seperti yang dimiliki kaum Rass dan kaum Aikah.

Seperti halnya kaum Rass dan Aikah yang disebut dalam Al Quran, Etnis Akha juga percaya bahwa pohon memiliki ruh atau spirit. Setelah membelah kayu, seseorang tidak diperbolehkan membuang kayu yang terbelah menjadi tumpukan karena itu akan melecehkan spirit kayu.

KESAMAAN SEBAGAI PENGGUNA CANDU

Jika kita cermati nama puncak hari raya kaum Rass yang disebut Isfandr, ada kemungkinan makna nama tersebut merujuk pada tumbuhan berbahasa latin “Peganum harmala ” yang dalam bahasa Persia dikenal dengan sebutan “espand” atau “ispand”, yaitu tanaman herbal yang mengandung zat halusinogen,  sehingga pada masa lalu dapat dijual bagi penggunaan narkoba. 

2 Shares