Pada kedua teks mesir ini ditemukan bentuk “t3 s3sw yhw” dan “yhw3”. Dalam hal ini, YHW dianggap sebagai sebuah toponim.
Mengenai nama yhw3 , Michael Astour (seorang profesor sejarah – Kebudayaan klasik dan timur tengah kuno), mengatakan bahwa “render hieroglif sesuai atau sangat tepat dengan tetragrammaton Ibrani YHWH , atau Yahweh , dan ini mendahului kemunculan tertua dari nama ilahi itu – di Batu Moab – lebih dari lima ratus tahun.” (Michael Astour: 1979, hlm. 18)
Jika merujuk pada pendapat yang diajukan oleh para peneliti sebelumnya, terutama mengenai anggapan bahwa “yhw” adalah sebuah toponim (nama wilayah), maka, yang menarik adalah karena jika kita mengamati bunyi penyebutan “Jehovah” atau “Yehowah”, sesungguhnya agak-agak terdengar mirip seperti penyebutan “java” untuk Jehovah, dan “jawa” untuk Yehowah.
Selain itu, kata “Shasu” yang berarti mereka yang berjalan kaki, dan mengembara atau nomaden, sebenarnya juga cukup sinonim dengan kata “sasu” dalam bahasa tae’ yang artinya: berhamburan / tersebar. Ini setidaknya cukup menggambarkan kondisi yang ada pada suatu bangsa nomaden atau pengembara.
Secara pribadi, saya memiliki dugaan jika yang dimaksud dengan Shasu atau pengembara dalam hal ini, ada kaitannya dengan orang Israel dalam periode sebelum terbentuk sebagai sebuah bangsa, yaitu setelah eksodus dan memulai pengembaraan di padang gurun.
Dimana saat di padang gurun itu, selain kaum eksodus yang dipimpin oleh Nabi Musa, juga ada orang Midian yakni kaum Nabi Syuaib, yang juga mengembara setelah meninggalkan negerinya yang terkena bencana azab. Dua kelompok ini bertemu dan menyatu di padang gurun.
Kenyataan adanya pembauran tersebut setidaknya dapat ditemukan dalam banyak literatur sejarah bahwa orang-orang Midian terbukti telah meninggalkan stempel sosiologis mereka pada banyak lembaga awal bangsa Israel.