Bahtera Nuh dan Serpihan Misterinya

Sketsa kuno Vimana terkait dengan bentuk Bahtera Nuh
1 Shares
Reading Time: 7 minutes

Dalam tulisan sebelumnya (Asal Usul Kata “Bahtera” … ) telah saya bahas jika hasil dari penelusuran etimologi kata “bahtera”, secara tersirat menggambarkan jika Bahtera Nuh memang berukuran sangat besar.

Yang menarik karena etimologi kata “bahtera” yakni berasal dari kata baha = waka = kapal; terra= bumi, yang dengan demikian dapat diartikan “perahu bumi” atau “perahu negeri”, ternyata menunjukkan makna yang identik dengan kata “wakka tannete” = perahu gunung atau “wakka tana” = perahu negeri, yang ditemukan matthes dalam Kitab La Galigo.

Etimologi kata “bahtera”, wakka tannete” atau pun “wakka tana” yang beda penyebutan karena berasal dari bahasa yang berbeda tetapi secara substansi memiliki makna yang sama, tentulah harus dilihat sebagai fakta historis yang merupakan rekaman alam pikir orang-orang di masa lalu tentang suatu hal atau peristiwa.



Jika imajinasi tentang “perahu gunung” kita gabungkan dengan perahu melingkar seperti model yang dibuat Irving Finkel atau diksi fulkal untuk menyebut bahtera Nuh dalam Al Quran yang juga menyiratkan bentuk melingkar, maka hasilnya mungkin dapat kita lihat pada Vimana, merupakan wahana terbang milik Dewa Kubera dalam mitologi India.

Ilustrasi Pushpaka vimana yang memperlihatkan illustrasi berbagai hewan berpasang-pasangan menaiki wahana Wimana. Ini identik dengan narasi Bahtera Nuh dalam kitab suci.
Ilustrasi Pushpaka vimana (sumber: wikipedia.org)

Saya berpikir bahwa bisa jadi model Vimana yang terdapat dalam mitologi India pada dasarnya diadopsi dari konsep “perahu gunung” atau “perahu negeri” yang nampaknya berasal mula dari inspirasi orang di masa kuno tentang bahtera Nabi Nuh yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

Teman-teman, dukung saya dengan subcribe di Channel Youtube ini... itu akan sangat membantu channel Youtube ini untuk terus berkembang. Terima kasih!

Lokasi Pendaratan Bahtera Nabi Nuh

Dalam Al Quran Surat Hud ayat 44, disebut bahwa Bahtera Nabi Nuh berlabuh di gunung Judi. 

Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah.” Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, ”Binasalah orang-orang zalim.” (Surat Hud ayat 44)

Dalam pandangan saya kata “judi” adalah sebuah kode. Untuk memecahkan kode seperti ini, jalan satu-satunya adalah dengan meninjaunya dalam bentuk aksara. Mengapa demikian? – karena pada dasarnya aksara adalah “cara kita menggambar bunyi”. Pemahaman ini adalah pemahaman paling mendasar dan paling primordial yang dimiliki leluhur kita sejak masa yang sangat kuno, dan konsisten mereka gunakan untuk mengekspresikan alam pikirnya.

1 Shares

One Comment on “Bahtera Nuh dan Serpihan Misterinya”

Comments are closed.