Sensus India tidak menyebutkan hijra secara terpisah sehingga angka pastinya tidak diketahui. Perkiraan dikutip dalam kisaran pers dari 50.000 (India Hari ini, 1982) hingga 500.000 (Tribune, 1983). Hijra hidup terutama di kota-kota di India Utara, di mana mereka menemukan kesempatan terbesar untuk melakukan peran tradisional mereka, tetapi kelompok-kelompok kecil hijra ditemukan di seluruh India, di selatan dan juga di utara.
Seven “houses”, atau sub kelompok, terdiri dari komunitas hijra; masing-masing memiliki seorang guru atau pemimpin, semuanya tinggal di Bombay. Rumah-rumah memiliki status yang sama, tetapi satu, Laskarwallah, memiliki fungsi khusus menengahi perselisihan yang muncul di antara yang lain. Setiap rumah memiliki sejarahnya sendiri. serta aturan khusus untuk itu. Misalnya, anggota rumah tertentu tidak diizinkan memakai warna tertentu.
Hubungan paling signifikan dalam komunitas hijra adalah guru (master, teacher) dan chela (murid). Ketika seorang individu memutuskan untuk (secara formal) bergabung dengan komunitas hijra, dia dibawa ke Bombay untuk mengunjungi salah satu dari tujuh guru utama, biasanya guru dari orang yang telah membawanya ke sana. Pada ritual inisiasi, sang guru memberi pemula nama perempuan yang baru. Pemula berkaul untuk mematuhi guru dan aturan komunitas. Sang guru kemudian memberikan chela baru dengan beberapa hadiah.
Chela, atau seseorang yang bertindak atas namanya, membayar biaya inisiasi dan guru menulis nama chela di buku catatannya. Hubungan guru-chela ini adalah ikatan timbal balik seumur hidup di mana sang guru berkewajiban untuk membantu chela dan chela wajib untuk setia dan patuh kepada guru. Hijra tinggal bersama di komune umumnya sekitar 5 hingga 15 anggota, dan kepala kelompok-kelompok lokal ini juga disebut guru.
Hijra tidak membuat perbedaan dalam komunitas mereka berdasarkan asal kasta atau agama, meskipun di beberapa bagian India, Gujarat, misalnya, Hijra Muslim dan Hindu dilaporkan hidup terpisah (salunkhe, 1976). Di Bombay, Delhi, Chandigarh dan Bangalore, Hijra dari Muslim, Kristen, dan Hindu tinggal di rumah yang sama.
Dari paparan singkat di atas mengenai Hijra di India, tergambar ada keidentikan kehidupan mereka dengan kehidupan Bissu di Sulawesi selatan, terutama pada pola hidup mereka yang membentuk komunitas kecil dan mencari nafkah dengan menerima pembayaran untuk pertunjukan di pesta pernikahan, kelahiran dan festival.
Selain itu, kesamaannya juga bisa kita lihat dari adanya semacam otoritas yang mereka miliki dalam kepercayaan tradisional setempat, terutama dalam hal yang bersifat magis.
Kita dapat menduga kuat bahwa Bissu dan Hijra pada dasarnya memiliki satu akar yang sama, dan, jika kita mencermati data di atas bahwa komunitas Hijra hidup terutama di kota-kota di India Utara, di mana mereka menemukan kesempatan terbesar untuk melakukan peran tradisional maka, hal ini jelas menjadi benang merah lainnya tentang adanya keterkaitan budaya antara Bugis dengan wilayah India utara dan Pakistan.
Dalam artikel “Lahore ‘Negeri Tengah’ Kedua, Setelah Negeri Madyan Terkena Azab” telah saya bahas mengenai budaya Bohni atau boni, yakni kebiasaan sosial dan komersial terutama dari India Utara dan Pakistan yang mengacu pada penjualan pertama hari itu – bahwa penjualan pertama (bohni) dipercaya berpengaruh kepada kesuksesan kegiatan penjualan selanjutnya pada hari itu. Adalah pertanda buruk jika pelanggan pertama pergi tanpa melakukan pembelian sehingga pedagang sangat berhati-hati untuk tidak membiarkan itu terjadi. Pada momentum bohni, harga barang biasanya dibuat relatif rendah agar penjualan dapat dimulai dan keberuntungan dapat dipertahankan — praktek ini jelas sangat identik dengan “pammula balu” dalam tradisi dagang orang Bugis.
Dengan mengetahui adanya keterkaitan budaya yang erat antara Bugis, India utara, dan Pakistan, terutama dalam hal yang bersifat tradisi kuno, kesimpulan sementara yang wajar dimunculkan adalah bahwa daerah-daerah ini tentu telah saling menjalin hubungan dari sejak masa yang sangat lampau.
Mengenai keidentikan antara konsep Bissu di bugis – konsep Hijra di India – dan mitos Adam sebagai Hermaprodit, hipotesa yang saya pikir wajar dimunculkan adalah bahwa di kawasan-kawasan inilah pada masa kuno tempat utama Nabi Adam bereksistensi setelah hadir di bumi, yaitu: Nusantara atau India Timur atau India Kepulauan menurut penyebutan di masa lalu, dan sebagian besar atau seluruh India Di Asia Selatan hingga Sri Lanka.


